Membungkuk ini dapat meregangkan otot-otot di bagian belakang leher, mengakibatkan rasa sakit dan peradangan .
Posisi tidur dapat memengaruhi postur tubuh seseorang.
Orang yang tidur tengkurap cenderung mengistirahatkan satu sisi wajah mereka di atas bantal. Melakukan hal ini dapat meregangkan otot-otot di sisi leher itu secara berlebihan.
Tidur dengan bantal besar dapat mengangkat kepala terlalu tinggi, memaksa leher untuk membungkuk ke depan.
Tetap dalam posisi ini sepanjang malam dapat menyebabkan nyeri leher keesokan paginya.
Orang yang melakukan gerakan berulang sepanjang hari dapat mengalami gangguan gerakan berulang.
Sementara gangguan ini biasanya terjadi di tangan, pergelangan tangan, dan bahu, mereka juga dapat mempengaruhi leher, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke.
Tanpa pengobatan, gangguan gerakan berulang dapat menyebabkan rasa sakit, pembengkakan, dan bahkan kerusakan jaringan permanen.
Baca juga: Apakah Benar Makanan Bersantan Bisa Memicu Kolesterol Tinggi?
Bruxism adalah suatu kondisi ketika seseorang menggeretakkan atau mengatupkan gigi mereka saat mereka tidur.
Menggertakkan atau mengatupkan gigi memberi tekanan pada otot-otot di rahang dan leher, yang dapat menyebabkan leher tegang, nyeri, dan sakit kepala .
Seseorang dapat melukai otot-otot di lehernya jika mereka mengangkat beban berat atau mengalami whiplash akibat kecelakaan mobil.
Jenis cedera ini dapat menyebabkan ketegangan otot ringan hingga berat, yang mungkin memerlukan perawatan medis atau terapi fisik.
Strain otot yang tidak diobati dapat menyebabkan nyeri leher yang persisten dan bahkan kerusakan permanen yang mengurangi rentang gerak dan fleksibilitas di leher.
Baca juga: 5 Cara Cegah Kolesterol Naik
Stres memiliki efek yang kuat pada seluruh tubuh.
Ketika otak merasakan stres, itu menandakan pelepasan beberapa hormon, seperti kortisol dan epinefrin.
Hormon-hormon ini meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, serta mengencangkan otot.
Ketika seseorang mengalami stres secara teratur, otot-otot mereka tetap tegang dan berkontraksi untuk waktu yang lebih lama, yang dapat menyebabkan nyeri leher dan bahu.
Menurut sebuah studi tahun 2017 berjudul “Level of physical activity, well-being, stress and self-rated health in persons with migraine and co-existing tension-type headache and neck pain” yang melibatkan 148 orang dengan migrain, hampir 67 persen dari peserta juga mengalami sakit kepala tipe tegang dan sakit leher.
Orang-orang ini juga melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi, terlibat dalam aktivitas fisik yang lebih sedikit, dan menilai kesehatan mereka buruk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.