KOMPAS.com – Serangan panik (panic attack) seperti diketahui dapat menyebabkan sesak napas.
Di sisi lain, serangan panik juga bisa menyebabnya hiperventulasi (napas berlebihan).
Episode ketakutan ekstem ini dapat dialami seseorang sesekali dalam hidup, di mana biasanya akan hilang saat keadaan pemicunya berakhir (serangan panik tunggal).
Baca juga: 8 Cara Mengatasi Sesak Napas Secara Alami
Jika serangan panik terjadi secara berulang atau dalam jangka waktu lama, kondisi itu dapat didiagnosis sebagai gangguan panik (panic disorder).
Dilansir dari Medical News Today Anda mungkin mengalami serangan jika memiliki empat atau lebih gejala berikut:
Banyak orang salah mengira serangan panik sebagai keadaan darurat medis, seperti serangan jantung. Gejalanya bisa tampak serupa, tetapi serangan panik tidak mengancam jiwa.
Gejala serangan panik biasanya lewat dalam beberapa menit, tetapi kadang-kadang bisa bertahan selama berjam-jam. Setelah itu, Anda mungkin merasa “terkuras” dan kelelahan.
Baca juga: 12 Penyebab Sesak Napas, Bukan Hanya Gejala Covid-19
Melansir WebMD, selama terjadi serangan panik, otak akan memerintahkan sistem saraf untuk membuat respons melawan (fight) atau menghindar (flight).
Hal inilah yang bisa menyebabkan serangkaian gejala serangan panik yang intens, termasuk sesak napas dan hiperventilasi.
Biasanya saat Anda menghadapi ancaman, sistem saraf Anda akan beraksi. Hormon adrenalin akan membanjiri aliran darah Anda, membuat tubuh Anda waspada.
Pelepasan hormon ini akan memicu peningkatan detak jantung untuk mengirim lebih banyak darah ke otot-otot, pernapasan menjadi cepat dan dangkal untuk mengambil lebih banyak oksigen, kadar gula darah melonjak, dan indra menjadi lebih tajam.
Semua perubahan ini, yang terjadi dalam sekejap akan memberi Anda energi yang Anda butuhkan untuk menghadapi situasi berbahaya atau keluar dari bahaya dengan cepat.
Baca juga: 21 Penyebab Dada Sesak, Bukan Hanya Gejala Covid-19
Dengan serangan panik, tubuh Anda tetap waspada tanpa alasan. Para peneliti sebenarnya belum tahu persis apa yang memicu serangan panik. Tetapi efek fisiknya nyata: Selama serangan panik, tingkat adrenalin dalam tubuh dapat melonjak 2,5 kali atau lebih.
Serangan panik mungkin tidak datang tiba-tiba seperti yang terlihat. Perubahan fisik dapat dimulai sekitar satu jam sebelum serangan.
Dalam sebuah penelitian, orang dengan gangguan panik memakai perangkat yang melacak aktivitas jantung, keringat, dan pernapasan mereka.
Hasilnya menunjukkan tingkat karbon dioksida yang lebih rendah dari normal, tanda pernapasan cepat dan dalam yang dapat membuat Anda terengah-engah, sedini sekitar 45 menit sebelum serangan panik.
Dilansir dari Very Well Health, sesak napas (dyspnea) dan hiperventilasi berhubungan erat satu sama lain.
Ketika Anda merasa sesak napas, Anda mungkin bernapas lebih cepat, yang dapat menyebabkan hiperventilasi.
Baca juga: 10 Penyebab Hidung Tidak Bisa Mencium Bau, Bukan Hanya Gejala Covid-19
Sementara itu, pada gilirannya, hiperventilasi dapat memicu atau memperburuk sesak napas.
Dampak hiperventilasi di antaranya, yakni:
Jika Anda atau orang yang Anda cintai mengalami serangan panik, ketahuilah bahwa ada banyak pilihan perawatan yang tersedia.
Karena akar penyebab serangan panik dan gangguan panik akan bervariasi dari individu ke individu, yang terbaik adalah mencoba beberapa pilihan pengobatan atau kombinasi untuk mencari tahu mana yang paling cocok.
Ketahuilah bahwa mengalami sesak napas atau hiperventilasi selama serangan panik bisa sangat menakutkan.
Baca juga: 6 Cara Meningkatkan Kadar Oksigen dalam Darah Secara Alami
Karena serangan panik dan gangguan panik dapat dikaitkan dengan penyakit atau gangguan lain yang mendasarinya, penting untuk berbicara dengan dokter.
Dokter bisa membantu mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab sesak napas dan cara terbaik untuk mengobatinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.