Meski demikian, sang anak tetap saja mengalami dampaknya.
Trauma yang terjadi sebelum kita mencapai usia prasekolah pasti bisa meninggalkan bekas.
Bayi atau balita yang telah hidup selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun dengan dua orang tua yang penuh kasih dan perhatian dapat bereaksi terhadap perceraian dengan beberapa cara berikut:
Selain ingatan, karena tahun-tahun awal ini sangat formatif, trauma ini dapat menyebabkan masalah di kemudian hari.
Antara usia 3 dan 5 tahun, anak-anak mengembangkan lebih banyak pemahaman tentang hal-hal yang abstrak.
Mereka mengajukan banyak pertanyaan dan mencari tahu bagaimana mereka cocok dengan dunia di sekitar mereka.
Itu tidak berarti mereka memahami konsep perceraian.
Faktanya, mereka cenderung sangat bergantung pada keamanan dan stabilitas kehadiran orang tua mereka saat mereka berkembang mencar pengalaman dan perasaan baru.
Namun, jika orang tua bertengkar, anak-anak seusia ini mungkin merasa sangat kuat bahwa dunia mereka sedang diguncang dengan cara yang menakutkan.
Perasaan bahwa semua tidak baik-baik saja dengan orang tua mereka dapat membuat anak bereaksi dengan tangisan, ketakutan, dan desakan polos untuk berhenti berkelahi.
Anak-anak prasekolah mungkin juga merasa bahwa segala sesuatunya adalah kesalahan mereka.
Baca juga: Bukan Cuma Berat, Rindu Juga Berdampak Buruk Pada Kesehatan Mental
Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur atau ingin kontrol lebih.
Mereka cenderung berurusan dengan begitu banyak emosi sehingga mereka benar-benar tidak tahu bagaimana menyortirnya.
Hal ini sebenarnya dapat membaik setelah perceraian, ketika stabilitas kembali dirasakannya.
Trauma peristiwa sebelum perceraian dapat meninggalkan kenangan abadi dan emosi yang membingungkan.