Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/09/2021, 09:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Kasus atlet yang mengundurkan diri dari olimpiade karena kondisi mental yang tidak memungkinkan akhir-akhir ini sedang menjadi perbincangan publik.

Isu tersebut menyeruak sejak Atlet senam asal AS, Simone Biles, mengundurkan diri dari olimpiade Tokyo untuk menjaga kesehatan mentalnya.

Sebenarnya, Biles memiliki track record yang cemerlang dalam dunia senam atletik.

Namun, ia didiagnosis menderita depresi. Ia juga merasa mengaku tidak sanggup melanjutkan pertandingan karena merasakan kerinduan luar biasa terhadap orangtuanya.

Hal serupa juga pernah dialami atlet Naomi Osaka. Ia pernah mengundurkan diri dari ajang French Open and Wimbledon karena memprioritaskan kesehatan mental diri.

Meski depresi dan kecemasan bukanlah penyakit yang bisa kita lihat jelas melalui sinar-X atau MRI, tetapi penyakit ini memiliki efek serupa dengan cedera fisik.

Sayangnya, banyak orang sering mengabaikan masalah ini dan menganggapnya bukan sebagai hal yang serius.

Baca juga: Kopi Bantu Ringankan Gejala Depresi, Kok Bisa?

Tanda gangguan kesehatan mental

Umumnya, atlet berada di lingkungan yang penuh dengan tekanan, khususnya saat masa olimpiade atau pertandingan.

Jika hal itu dikombinasikan dengan pola pikir yang perfeksionis, maka atlet seringkali merasa tidak puas dengan kinerjanya.

Hal inilah yang bisa mengganggu kondisi kesehatan mental sang atlet. Sayangnya, banyak atlet dan orang sekitar masih tidak menyadari adanya gangguan kesehatan mental yang mungkin dialaminya.

Tanda-tanda seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental bisa berupa berikut ini:

  • gangguan tidur
  • mudah marah
  • energi rendah
  • pola makan berubah.

Kaitan kondisi kesehatan mental dan peforma atlete

Kondisi kesehatan mental tentu akan berpengaruh pada peforma atlet. Biasanya, gangguan ini akan semakin besar ketika persaingan di dalam kompetisi semakin meningkat pula.

Terkadang,perubahan kondisi kesehatan mental snag atlet juga memengaruhi kinerja mereka.

Misalnya, seorang pemain baseball yang tiba-tiba tidak bisa melempar atau seorang atlet bulu tangkis yang tiba-tiba kehilangan kemampuannya untuk melakukan smash.

"Pikiran yang terganggu bisa berbahaya — seperti ketika seorang pesenam tiba-tiba kuang fokus saat melakukan atraksi, mereka rentan mengalami cedera," kata Matthew Sacco, psikolog dari Cleveland Clinic.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau