KOMPAS.com - Kasus atlet yang mengundurkan diri dari olimpiade karena kondisi mental yang tidak memungkinkan akhir-akhir ini sedang menjadi perbincangan publik.
Isu tersebut menyeruak sejak Atlet senam asal AS, Simone Biles, mengundurkan diri dari olimpiade Tokyo untuk menjaga kesehatan mentalnya.
Sebenarnya, Biles memiliki track record yang cemerlang dalam dunia senam atletik.
Namun, ia didiagnosis menderita depresi. Ia juga merasa mengaku tidak sanggup melanjutkan pertandingan karena merasakan kerinduan luar biasa terhadap orangtuanya.
Hal serupa juga pernah dialami atlet Naomi Osaka. Ia pernah mengundurkan diri dari ajang French Open and Wimbledon karena memprioritaskan kesehatan mental diri.
Meski depresi dan kecemasan bukanlah penyakit yang bisa kita lihat jelas melalui sinar-X atau MRI, tetapi penyakit ini memiliki efek serupa dengan cedera fisik.
Sayangnya, banyak orang sering mengabaikan masalah ini dan menganggapnya bukan sebagai hal yang serius.
Tanda gangguan kesehatan mental
Umumnya, atlet berada di lingkungan yang penuh dengan tekanan, khususnya saat masa olimpiade atau pertandingan.
Jika hal itu dikombinasikan dengan pola pikir yang perfeksionis, maka atlet seringkali merasa tidak puas dengan kinerjanya.
Hal inilah yang bisa mengganggu kondisi kesehatan mental sang atlet. Sayangnya, banyak atlet dan orang sekitar masih tidak menyadari adanya gangguan kesehatan mental yang mungkin dialaminya.
Tanda-tanda seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental bisa berupa berikut ini:
Kaitan kondisi kesehatan mental dan peforma atlete
Kondisi kesehatan mental tentu akan berpengaruh pada peforma atlet. Biasanya, gangguan ini akan semakin besar ketika persaingan di dalam kompetisi semakin meningkat pula.
Terkadang,perubahan kondisi kesehatan mental snag atlet juga memengaruhi kinerja mereka.
Misalnya, seorang pemain baseball yang tiba-tiba tidak bisa melempar atau seorang atlet bulu tangkis yang tiba-tiba kehilangan kemampuannya untuk melakukan smash.
"Pikiran yang terganggu bisa berbahaya — seperti ketika seorang pesenam tiba-tiba kuang fokus saat melakukan atraksi, mereka rentan mengalami cedera," kata Matthew Sacco, psikolog dari Cleveland Clinic.
Ketika mengalami hal tersebut, Sacco menyarankan agar para atlet untuk rehat sejenak agar kemungkinan buruk tersebut tidak terjadi.
"Atlet juga berhak mendapatkan waktu untuk menyelesaikan permasalahannya, meskipun harus berhenti dari pertandingan," tambah Sacco.
Pentingnya kesehatan mental untuk atlet
Kesehatan mental harus menjadi prioritas bagi siapa saja, termasuk atlete. Sebab, masalah kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
"Percakapan terbuka dan pemahaman tentang pentingnya kesehatan mental harus diutamakan," ucap Sacco.
Untuk atlet muda, khususnya, memulai percakapan ini sangat penting untuk membangun budaya di mana boleh berbicara tentang aspek kesehatan mental dari kompetisi.
"Bagi orangtua yang memiliki anak yang berporfesi sebagai atlet, dorong mereka untuk berbicara," ucap Sacco.
Setelah itu, orangtua juga perlu menjadi pendengar yang baik dan berpikiran terbuka.
"Berfokuslah untuk memahami situasi mereka, bukan untuk menyampaikan maksud Anda," tambah Sacco.
Orangsekitar juga perlu memastikan mereka merasa didengar sehingga masalah kesehatan mental ini tidak terbaikan.
https://health.kompas.com/read/2021/09/13/090000668/memahami-pentingnya-kesehatan-mental-untuk-atlet