KOMPAS.com - Kanker serviks adalah salah satu penyakit berbahaya yang menyerang leher rahim atau bagian dari organ reproduksi wanita.
Melansir laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), leher rahim adalah organ penghubung antara vagina dan rahim atau tempat janin tumbuh ketika wanita hamil.
Setiap wanita bisa terkena kanker serviks. Namun, penyakit ini paling sering menyerang wanita di atas usia 30 tahun.
Baca juga: 7 Penyakit yang Mengintai Sistem Reproduksi Wanita
Penyebab kanker serviks utamanya berasal dari infeksi human papilloma virus (HPV) yang biasanya menular lewat hubungan seks.
Berikut beberapa cara mencegah kanker serviks yang bisa dilakukan para wanita untuk menurunkan risiko penyakit ini.
Anda bisa mengurangi risiko terkena kanker serviks dengan suntik vaksin HPV (human papilloma virus).
Manfaat vaksin HPV dapat mencegah segala jenis penyakit yang disebabkan oleh HPV, termasuk kutil kelamin dan kanker serviks.
Virus ini dapat menyerang pria dan wanita, terutama pada vagina, penis, leher rahim, bibir vagina, mulut, dan saluran napas bagian atas.
Melansir laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat dua jenis vaksin HPV di Indonesia, yakni bivalen dan tetravalen.
Vaksin HPV bivalen menyasar jenis HPV 16 dan 18 untuk mencegah kanker serviks. Sedangkan vaksin HPV tetravalen menyasar jenis HPV 6, 11, 16, dan 18 berguna untuk mencegah kanker serviks sekaligus kutil kelamin.
Pemberian vaksin HPV di Indonesia diarahkan untuk remaja perempuan mulai usia 10 tahun ke atas.
Vaksinasi HPV diberikan dua dosis untuk anak usia 10-13 tahun, dan tiga dosis untuk anak usia 16-18 tahun.
Jadwal pemberian vaksin HPV selang sebulan sejak kali pertama penyuntikan, dan jaraknya paling lama enam bulan selang penyuntikan pertama.
Apabila jadwal pemberian vaksin terlewat karena sakit atau hal lain, suntik vaksin HPV tidak perlu diulang. Cukup kejar suntik vaksin agar dosisnya lengkap.
Baca juga: 9 Gejala Kanker Serviks, Wanita Perlu Tahu
Melansir NHS, skrining atau pemeriksaan leher rahim dapat mendeteksi perubahan abnormal pada serviks sejak dini.