KOMPAS.com - Santan adalah zat putih seperti susu yang diekstraksi dari daging buah kelapa tua.
Santan bisa kental atau encer.
Saat membuat dibuat santan, produsen memarut daging kelapa matang, lalu memerasnya melalui kain tipis untuk mengekstrak cairannya.
Santan kental mengandung lebih banyak lemak daripada santan encer.
Santan encer berasal dari perasan daging kelapa yang tertinggal di dalam kain tipis.
Produsen mencampurnya dengan air hangat lalu menyaring melalui kain tipis untuk kedua kalinya.
Baca juga: 6 Jenis Makanan Untuk Turunkan Kadar Kolesterol Jahat
Cairan yang dihasilkan pun jauh lebih encer.
Penelitian menunjukkan bahwa santan memiliki manfaat kesehatan utama.
Di bawah ini, beberapa manfaat santan bagi kesehatan, seperti dilansir dari Medical News Today.
Santan mengandung trigliserida rantai menengah (MCT) yang oleh para peneliti dikaitkan dengan penurunan berat badan.
MCT merangsang energi melalui proses yang disebut thermogenesis atau produksi panas.
Beberapa studi menunjukkan bahwa MCT menurunkan berat badan.
Senyawa ini juga dapat menyeimbangkan mikrobiota usus yang tidak stabil.
Kurangnya stabilitas ini mungkin memainkan peran dalam mengembangkan obesitas.
Studi tahun 2015 pada pria yang kelebihan berat badan menemukan bahwa mengonsumsi MCT saat sarapan dapat menurunkan asupan makanan di kemudian hari.
Penelitian tahun 2018 menemukan bahwa MCT meningkatkan sensitivitas insulin dan banyak peneliti percaya bahwa sensitivitas ini mendorong penurunan berat badan.
Insulin adalah hormon penting yang memecah glukosa dan mengontrol kadar gula darah.
Baca juga: Benarkah Daging Putih Lebih Rendah Kolesterol daripada Daging Merah?
Penelitian telah menghubungkan diet kaya lemak jenuh dengan kolesterol tinggi dan peningkatan risiko penyakit jantung.
Beberapa orang mungkin tidak menganggap santan untuk menyehatkan jantung karena kandungan lemaknya yang tinggi.
Namun, sumber lemak jenuh yang berbeda dapat mempengaruhi tubuh dengan cara yang berbeda.
Selain itu, sebenarnya genetika memengaruhi metabolisme lemak jenuh dan sejauh mana lemak ini berdampak pada kesehatan.
Sedikit penelitian telah menyelidiki efek santan pada kadar kolesterol.
Namun, sejumlah besar penelitian telah mengeksplorasi efek minyak kelapa.
Penelitian telah menemukan bahwa minyak kelapa tidak secara signifikan meningkatkan kadar "kolesterol jahat," atau kolesterol low-density lipoprotein (LDL), tetapi meningkatkan kadar "kolesterol baik," atau kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL).
Penting untuk dicatat bahwa periode penelitian tersebut cukup singkat, hanya 4 minggu.
Kolesterol HDL melindungi jantung dan menghilangkan kolesterol LDL dari darah.
Ini membawa kolesterol LDL ke hati, yang memecahnya, dan tubuh akhirnya menghilangkannya.
Meskipun minyak kelapa mungkin tidak meningkatkan kadar kolesterol LDL, produk berbasis kelapa mengandung lemak dan kalori yang tinggi.
Orang hanya boleh mengonsumsinya dalam jumlah sedang.
Perlu diingat bahwa minyak kelapa memiliki lebih banyak lemak per porsi daripada santan yang akan memiliki efek kurang dramatis pada kadar kolesterol.
Baca juga: 5 Manfaat Sayur Kol, Kurangi Kolesterol hingga Jaga Kesehatan Jantung
Kelapa mengandung lipid yang disebut asam laurat dan banyak peneliti percaya bahwa asam laurat dapat mendukung sistem kekebalan tubuh.
Beberapa temuan menunjukkan bahwa asam laurat memiliki sifat antimikroba dan anti-inflamasi.
Dalam sebuah studi tentang efek antimikroba asam laurat dari kelapa, para peneliti mengisolasi berbagai strain bakteri dan memaparkannya pada asam laurat dalam cawan petri.
Mereka menemukan bahwa asam laurat efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan Mycobacterium tuberculosis.
Peneliti lain menemukan bahwa asam laurat memicu apoptosis, kematian sel, pada sel kanker payudara dan endometrium.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa asam ini menghambat pertumbuhan sel kanker dengan merangsang protein reseptor tertentu yang mengatur pertumbuhan sel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.