Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/06/2022, 09:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUNGKIN tidak banyak generasi muda sekarang yang tahu penyakit tuberkulosis (disingkat TBC atau TB).

Pada 1971, sekitar 60 juta penduduk atau separuh penduduk Indonesia terjangkit kuman TBC (Kompas, 26/3/2020).

Berbagai penyakit baru telah membuat TBC tidak lagi populer dan penderita TBC juga terus menurun, sejalan dengan berbagai usaha yang dilakukan pemerintah dan komunitas peduli TBC.

Walau demikian, jumlah penderita TBC di Indonesia masih tinggi, yaitu kedua terbanyak dunia. Negara-negara lain telah dapat mengeliminasi penyakit TBC dengan berhasil, seperti negara-negara maju dan beberapa negara berkembang.

Penderita TBC dicirikan dengan sering batuk yang berdahak, terjadi dalam waktu yang lama, keluar keringat dingin di malam hari, dan berat badan turun.

Karena sering batuk, penderita TBC sulit melakukan pekerjaan sehari-hari. Mereka pun sering dijauhi orang lain yang khawatir akan ketularan penyakit TBC.

TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru atau bagian tubuh lain seperti selaput otak, kulit, kelenjar, dan tulang.

Kuman ini ditemukan oleh Robert Koch, ilmuwan Jerman, pada 24 Maret 1882. Tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia oleh PBB.

Penyakit TBC menular melalui tetesan air ludah pada saat penderita TBC batuk atau bersin. Sekali batuk dapat keluar 3.000 percikan dahak yang mengandung 3.500 kuman tuberculosis. Jika bersin, kuman yang tersembur dapat mencapai 1 juta bakteri.

Seorang pasien TBC dapat menginfeksi 10-15 orang dalam satu tahun. Keganasan TBC menyebabkan tingkat kematian yang tinggi, dengan lebih dari 4.100 orang meninggal per hari di seluruh dunia (2020).

Infeksi TBC melalui pernafasan dan menyerang paru-paru itu mirip dengan infeksi Covid-19 yang mendadak muncul dua tahun terakhir ini.

Bedanya, semua negara terkena Covid-19, sementara TBC sudah tidak ada lagi di negara-negara maju. Negara-negara berkembang harus mengatasi TBC dengan kekuatan sendiri.

Masalahnya, hanya separuh dari kebutuhan dana sebesar 13 miliar dollar AS per tahun untuk memerangi TBC yang tersedia.

Akibatnya, antara 2018-2020, hanya separuh dari 40 juta orang yang memperoleh pengobatan TBC.

Dan dari target 30 juta orang yang memerlukan pengobatan pencegahan TBC, hanya 8,7 juta orang yang dapat diberikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com