Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/07/2022, 22:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

 

KOMPAS.com - Keamanan ganja medis untuk digunakan masih menjadi perdebatan hangat di Indonesia karena manfaat dan efek samping yang dikhawatirkan.

Mengutip National Institute on Drug Abuse (NIDA), pengembangan obat dari tanaman ganja menimbulkan banyak tantangan.

Tanaman ganja mungkin mengandung ratusan bahan kimia aktif yang tidak diketahui serta mungkin sulit untuk mengembangkan produk dengan dosis bahan kimia yang akurat dan konsisten.

Penggunaan ganja sebagai obat juga menimbulkan masalah lain, seperti efek kesehatan yang merugikan dari merokok ganja dan gangguan kognitif yang diinduksi dari bahan kimia alaminya, tetrahydrocannabinol (THC).

Mengutip WebMD, tanaman ganja mengandung lebih dari 100 bahan kimia berbeda yang disebut cannabinoids. Masing-masing memiliki efek yang berbeda pada tubuh.

Baca juga: Manfaat Ganja Medis dan Efek Sampingnya bagi Kesehatan

Bahan kimia utama ganja medis yang digunakan dalam pengobatan, yaitu tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD).

  • THC: senyawa psikoaktif utama dalam ganja yang bisa membuat mabuk.
  • CBD: senyawa kimia paling umum kedua yang ditemukan di ganja yang tidak memabukkan.

Mengutip Verywell Health, baik THC dan CBD memiliki struktur kimia yang mirip dengan endocannabinoid alami tubuh.

Endocannabinoids adalah neurotransmitter yang bekerja di otak.

Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimia yang menyampaikan sinyal antara sel-sel saraf dalam tubuh.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menyetujui obat berbasis THC, dronabinol (Marinol) dan nabilone (Cesamet).

Itu diresepkan dalam bentuk pil untuk pengobatan mual pada pasien yang menjalani kemoterapi kanker dan untuk merangsang nafsu makan pada pasien dengan wasting sindrom akibat AIDS.

Nabiximols (Sativex), semprotan mulut yang saat ini tersedia di Inggris, Kanada, dan beberapa negara Eropa untuk mengobati kelenturan dan nyeri neuropatik yang mungkin menyertai multiple sclerosis.

Obat itu menggabungkan THC dengan CBD.

FDA juga menyetujui obat cair berbasis CBD yang disebut Epidiolex untuk pengobatan dua bentuk epilepsi anak yang parah, sindrom Dravet dan sindrom Lennox-Gastaut.

Baca juga: Apa Itu Ganja Medis?

Manfaat

Mengutip Verywell Health, beberapa potensi manfaat ganja medis adalah dapat mengatasi gangguan kesehatan berikut:

  • Mual: ganja efektif meredakan mual dan muntah. Penelitian telah menunjukkan bahwa ganja dapat mengurangi mual yang disebabkan oleh kemoterapi dan hampir menghilangkan gejala muntah.
  • Ketegangan otot: ganja medis dapat meredakan ketegangan otot yang terkadang dikaitkan dengan multiple sclerosis dan kelumpuhan.
  • Hilang nafsu makan: ganja medis dapat membantu mengobati gejala kehilangan nafsu makan karena HIV dan jenis kanker tertentu.
  • Nyeri kronis: ganja medis dapat meredakan beberapa jenis nyeri kronis, termasuk nyeri neuropatik, yang disebabka noleh kerusakan saraf.

Semantara, beberapa argumen pendukung dari pengguna ganja medis mengatakan bahwa "obat" ini meliputi:

  • Lebih aman: ganja medis lebih aman dari pada beberapa obat lain yang diresepkan untuk mengobati rasa sakit. Misalnya, beberapa orang mungkin menggunakannya sebagai pengganti opioid untuk meredakan nyeri. Opioid memiliki sifat yang sangat adiktif dan biasnaya tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang dalam mengobati nyeri kronis.
  • Dapat digunakan dengan banyak cara: tidak hanya sebatas dibakar dan dihisap sebagai rokok atau inhaler, tetapi juga secara topikal (oles) dan edibles (obat telan).

Baca juga: Bagaimana Manfaat Ganja Medis untuk Cerebral Palsy?

Untuk anak-anak

Mengutip On Health, menurut beberapa penelitian, ganja medis dapat bermanfaat untuk mengobati gejala kejang pada anak-anak dengan epilepsi.

Salah satu jenis ganja medis, "Charlotte's Web" terbukti mampu meredakan gejala epilepsi pada anak tanpa membuat mereka mabuk karena kadar CBD yang tinggi dari pada THC.

Kecenderungan penggunaan ganja medis untuk mengatasi epilepsi pada anak-anak relatif baru.

Satu studi dari 74 anak usia 1-18 dengan epilepsi berat menemukan bahwa 89 persen melaporkan beberapa pengurangan kejang setelah pengobatan menggunakan minyak CBD.

Manfaat positif lainnya yang dilaporkan oleh subjek penelitian ini termasuk:

  • Peningkatan perilaku dan kewaspadaan
  • Komunikasi yang lebih baik
  • Peningkatan bahasa
  • Peningkatan keterampilan motorik
  • Tidur yang lebih baik.

Efek samping yang dilaporkan termasuk:

  • Rasa kantuk
  • Kelelahan
  • Sakit perut
  • Lekas marah.

Baca juga: Bisakah Ganja Medis Obati Cerebral Palsy? Ini Hasil Studinya

Kelemahan

Mengutip Verywell Health, meski ganja medis memiliki banyak manfaat, masih ada beberapa kelemahan yang tidak baik bagi kesehatan, yaitu:

  • Memori: penggunaan ganja medis yang sering dapat secara serius memengaruhi memori jangka pendek Anda.
  • Kognisi: penggunaan ganja medis yang sering dikhawatirkan dapat merusak kemampuan kognitif (berpikir).
  • Kerusakan paru-paru: merokok apa pun, apakah itu tembakau atau ganja medis, dapat merusak jaringan paru-paru Anda. Selain itu, merokok ganja dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
  • Potensi penyalahgunaan: ganja medis membawa risiko penyalahgunaan dan kecanduan.
  • Kecelakaan: penggunaan ganja medis berisiko merusak keterampilan mengemudi dan meningkatkan risiko tabrakan mobil.

Baca juga: Mengenal Ganja Medis dan Pro Kontranya di Indonesia

Dari daftar kelemahan tersebut, efek samping ganja medis dibedakan dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Efek jangka pendek

Mengutip On Health, efek samping jangka pendek dari ganja medis meliputi:

  • Mengganggu memori jangka pendek
  • Mengganggu kemampuan mengambil keputusan
  • Mengubah suasana hati
  • Membuat pasien merasa senang, santai, mengantuk, atau cemas.

Dalam dosis besar, beberapa pasien ganja medis akan mengalami halusinasi, paranoia, dan delusi.

Jika pasien memiliki masalah pernapasan seperti bronkitis, merokok ganja dapat memperburuk efek samping tersebut.

Seiring dengan lama penggunaan ganja medis, pasien dapat mengalami efek samping jangka panjang.

Baca juga: Selain Kecanduan, Pengguna Ganja Lebih Berisiko Alami Stroke

Efek jangka panjang

Efek samping ganja medis jangka panjang ini termasuk masalah pernapasan, seperti:

  • Infeksi paru-paru dan batuk setiap hari bagi mereka yang menggunakan mariyuana medis melalui merokok
  • Depresi, kecemasan, kurangnya motivasi, pikiran untuk bunuh diri
  • Masalah kesehatan pada bayi, jika ganja digunakan selama kehamilan.

Lalu, apakah ganja medis itu adiktif untuk bisa memicu efek jangka panjang bagi kesehatan?

Mengutip On Health, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan kriteria untuk ketergantungan ganja.

Seseorang harus menjadi pengguna aktif ganja dan memenuhi tiga atau lebih kriteria berikut:

  • Memiliki keinginan atau paksaan yang kuat untuk mengkonsumsi ganja
  • Mengalami kesulitan mengontrol kapan mereka mengkonsumsi ganja, kapan tidak, dan berapa banyak yang mereka konsumsi
  • Mengalami putus obat saat mengurangi atau menghentikan penggunaan obat, termasuk gejala putus obat atau penggunaan obat serupa untuk mencapai hasil yang serupa
  • Membutuhkan lebih banyak ganja untuk mendapatkan hasil yang sama
  • Mengabaikan kesenangan dan kepentingan lain untuk menggunakan, memperoleh, atau memulihkan kesenangan dari ganja
  • Tetap menggunakan ganja meskipun menimbulkan kerugian.

Risiko ketergantungan ganja memang lebih rendah dari pada risiko ketergantungan obat umum lainnya.

Risiko ketergantungan ganja diperkirakan sekitar 9 persen, sedangkan lainnya:

  • Nikotin 32 persen
  • Heroin 23 persen
  • Alkohol 15 persen

Namun, risiko ketergantungan ganja naik menjadi 16 persen, ketika penggunaan dimulai pada masa remaja.

Baca juga: Meski Kontroversial, Ganja Terbukti dapat Sembuhkan 5 Penyakit Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com