Keseimbangan cairan yang terganggu adalah fokus masalah yang harus diatasi. Bukan naik turunnya kadar glukosa darah.
Menjaga keseimbangan cairan tidak menghalangi proses yang tengah berlangsung. Proses yang memicu terjadinya hiperglukoneogenesis.
Proses kompensasi ini harus selesai. Untuk itu kita harus memahami proses yang tengah berlangsung. Apa yang menjadi tujuan akhir dari hiperglukoneogenesis.
Hiperglukoneogenesis adalah proses pendamping dari proses autofagi. Pada kedua proses ini dua organel bekerja bersama-sama akibat pengaruh hormon yang sama. Bukan hormon yang berbeda.
Kedua organel ini akan terus bekerja hingga tujuannya tercapai. Tersedianya energi untuk sel. Kedua organel tersebut bekerja di bawah hormon yang mengidentifikasi kondisi kekurangan energi sel.
Meskipun hormon tersebut dilepaskan tidak hanya oleh kondisi kekurangan energi sel. Bisa juga oleh stres-stres lain. Baik itu stres fisik ataupun stres psikis.
Karena cara kerjanya tidak pilih kasih, maka dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Namun tujuan yang utama adalah regenerasi sel. Regenerasi adalah upaya pembaharuan yang didorong naluri bertahan sel.
Sel memiliki sifat dasar atau naluri sesuai asalnya, yaitu gen. Dengan adanya gen sel didorong untuk melakukan regenerasi agar gen tetap ada. Walaupun sel yang sebelumnya sudah tua dan rusak.
Gen yang dihasilkan dari proses replikasi akan persis sama gen sebelumnya. Gen tidak hilang walau kendaraan selnya rusak dan mati.
Hal inilah yang mendasari setiap tindakan kompensasi. Upaya untuk mempertahankan eksistensi gen. Jadi sangat tidak masuk akal jika tindakan kompensasi akan mengarah pada kondisi katastropik.
Begitu juga dengan hiperglukoneogenesis. Tindakan tersebut tidak bertujuan kondisi katastropik. Yang perlu kita lakukan untuk menjaga proses tersebut berlangsung hingga tuntas adalah dengan menjaga keseimbangan cairan.
Bahkan dengan fokus pada upaya menjaga keseimbangan cairan kita dapat melihat proses berbagai komplikasi. Tidak ujug-ujug terjadi. Semuanya akibat kekeliruan kita dalam menjaga keseimbangan cairan.
Salah satu contoh komplikasi kardiovaskuler pada diabetes melitus adalah sindrom koroner akut. Selama ini dijelaskan sebagai akibat penyempitan pembuluh darah koroner dan beban kerja jantung yang meningkat.
Bagaimana hubungannya dengan peningkatan kadar glukosa darah tidak pernah dijelaskan. Ujug-ujug menyempit dan menimbulkan kejadian fatal.
Begitu juga pada kondisi gagal ginjal. Tidak pernah disampaikan hubungan antara peningkatan kadar glukosa darah dengan terjadinya gagal ginjal. Semuanya ujug-ujug. Akibatnya tidak pernah ada upaya untuk mencegah komplikasi tersebut.