KOMPAS.com - Seseorang yang mengalami intoleransi laktosa tidak bisa minum susu ataupun produk turunannya.
Healthline menjelaskan bahwa intoleransi laktosa ditandai dengan sedikitnya enzim laktase yang diproduksi.
Enzim laktase ini berguna untuk memecah laktosa yang merupakan gula di dalam susu sehingga bisa dicerna untuk tubuh.
Intoleransi laktosa yang dimiliki oleh seseorang sebenarnya tidak didapatkan ketika lahir karena menurut Healthline, produksi enzim laktase akan semakin berkurang ketika tumbuh dewasa.
Baca juga: 11 Makanan yang Mengandung Enzim Pencernaan Alami
Healthline juga menambahkan bahwa sebesar 70 persen orang tidak bisa memproduksi enzim laktase yang cukup untuk mencerna laktosa sehingga menyebabkan intoleransi laktosa.
Meskipun gejala intoleransi laktosa berbeda-beda untuk setiap orang, namun ada 5 gejala umum yang biasa terjadi.
Sakit perut dan kembung merupakan gejala yang umum dialami oleh penderita intoleransi laktosa, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Melansir Healthline, tingkat rasa sakit perut dan kembung yang dirasakan oleh penderita intoleransi laktosa akan berbeda-beda dan tidak dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi susu tau produk turunannya.
Tingkat keparahan yang terjadi akan tergantung pada sensitivitas dari masing-masing individu.
Namun, menurut penelitian ahli dari Universitas Cardiff yang dimuat di Postgraduate Medical Journal pada tahun 2005 menunjukkan bahwa beberapa penderita intoleransi laktosa mengalami gejala yang lebih parah setelah merasakan sakit perut dan kembung.
Gejala yang muncul tersebut adalah mual dan muntah pada sebagian orang.
Baca juga: 7 Cara Sederhana Atasi Kembung Tanpa Obat
Peningkatan gas pada penderita intoleransi laktosa juga ditemukan sebagai gejala umum.
Melansir WebMD, laktosa yang dikonsumsi oleh penderita intoleransi laktosa tidak bisa dipecah.
Karena itulah, laktosa menuju ke usus dan bercampur dengan mikroflora di dalam usus dan berfermentasi.
Fermentasi inilah yang menyebabkan gas di dalam tubuh, seperti hidrogen, metana, dan karbon dioksida meningkat.
Meskipun begitu, Healthline menambahkan bahwa banyak atau sedikitnya gas yang diproduksi oleh masing-masing individu akan berbeda tergantung kinerja mikroflora dan seberapa banyak gas yang diserap ulang oleh usus.
Konstipasi atau sembelit merupakan salah satu masalah pencernaan yang membuat seseorang tidak bisa secara teratur buang air besar.
Penderita intoleransi laktosa juga akan mengalami konstipasi ketika mengonsumsi susu atau produk turunannya.
Melansir Healthline, bakteri di dalam usus melakukan fermentasi terhadap laktosa yang tidak bisa diserap.
Akibatnya, muncul gas metana yang akan memperlambat waktu yang diperlukan oleh makanan untuk berpindah melalui usus sehingga menyebabkan konstipasi pada sebagian orang.
Meskipun konstipasi sebenarnya tidak bisa dikaitkan dengan intoleransi laktosa secara umum, banyak penderita yang mengalami gejala konstipasi ini.
Baca juga: Konstipasi
Penderita intoleransi laktosa mengalami diare yang merupakan kondisi di mana feses mengandung lebih banyak air.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh ahli dari beberapa negara di dalam World Allergy Organization Journal pada tahun 2017 menunjukkan bahwa diare merupakan gejala yang umum dialami oleh penderita intoleransi laktosa, khususnya anak-anak.
Fermentasi laktosa yang dilakukan di dalam usus meningkatkan jumlah air yang dikeluarkan oleh tubuh melalui usus.
Hal ini menyebabkan diare meskipun menurut Healthline, penyebab diare tidak hanya karena intoleransi laktosa yang dimiliki oleh seseorang.
Intoleransi laktosa juga menyebabkan gejala tertentu yang juga dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti.