KOMPAS.com - Saat sulit buang air besar, kita pasti berpikit kalau diri kita kekurangan asupan serat.
Faktanya, tak selamanya sembelit terjadi karena kurang asupan serat.
Melansir Medical News, stres juga bisa menjadi penyebab seseorang sulit buang air besar.
Ketika stres telah menyebabkan gejala fisik, hal ini dikenal dengan gejala somatik.
Baca juga: Mengenal Gejala Konversi, Respon Fisik Terhadap Trauma
Dalam situasi stres, kelenjar adrenal tubuh melepaskan hormon yang disebut epinefrin, yang berperan dalam apa yang disebut respons fight-or-flight.
Hal ini menyebabkan tubuh mengalihkan aliran darah dari usus ke organ vital, seperti jantung, paru-paru, dan otak. Akibatnya, gerakan usus melambat, dan sembelit bisa terjadi.
Sebagai respons terhadap stres, tubuh melepaskan lebih banyak faktor pelepas kortikotropin (CRF) di usus.
Hormon ini bekerja langsung pada usus, yang dapat memperlambat dan menyebabkan meradang.
Usus memiliki berbagai jenis reseptor CRF, beberapa di antaranya mempercepat proses di usus, sementara yang lain memperlambatnya.
Stres menyebabkan peningkatan permeabilitas usus. Permeabilitas ini memungkinkan senyawa inflamasi masuk ke usus, yang dapat menyebabkan perasaan penuh di perut - keluhan umum di antara orang-orang yang berjuang dengan sembelit.
Stres juga dapat mempengaruhi bakteri sehat normal di usus sehingga memperlambat pencernaan.
Beberapa cara terbaik untuk meredakan sembelit termasuk memperbaiki pola makan, makan banyak serat, dan tetap terhidrasi.
Olahraga teratur juga dapat membantu karena aktivitas fisik mendorong gerakan di usus, yang membantu meringankan sembelit.
Gaya hidup semacam ini juga membantu mengurangi tingkat stres.
Anda juga perlu menghindari alkohol, rokok, dan makanan tinggi gula dan lemak karena dapat meningkatkan risiko sembelit dan stres.