Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2021, 15:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap orang memiliki jadwal buang air besar (BAB) yang berbeda, seperti tiga kali sehari, atau bahkan hanya beberapa kali seminggu.

Namun, ada kondisi di mana Anda sulit atau lebih jarang membuang air besar, yaitu saat konstipasi atau sembelit.

Hampir semua orang pernah mengalaminya dan kondisi ini cenderung bersifat tidak serius. Namun, tubuh akan terasa lebih baik jika sistem pencernaan kembali normal.

Baca juga: Kebanyakan Makan Daging, Berikut 6 Buah untuk Mengatasi Sembelit

Gejala

Anda kemungkinan mengalami sembelit jika merasakan beberapa gejala berikut:

  • tidak BAB sebanyak setidaknya tiga kali selama seminggu terakhir
  • BAB berukuran besar dan kering, keras, atau kental
  • terasa sakit saat mengejan
  • perut terasa sakit atau kembung

Orang dengan demensia (pikun), mungkin akan cenderung lebih sulit untuk menyadari jika dirinya terkena konstipasi.

Itulah sebabnya penting untuk menyadari setiap gerak-gerik mereka yang mungkin terlihat kesakitan atau tidak nyaman.

Penyebab

Sembelit umumnya terjadi akibat feses dalam tubuh yang tidak dapat bergerak secara lancar dalam saluran pencernaan.

Akibatnya, feses tersebut tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Hal itulah yang menyebabkan feses menjadi keras dan kering.

Umumnya, konstipasi dapat diakibatkan oleh:

  • kurang konsumsi cukup serat, seperti buah, dan sayuran.
  • kurang minum
  • tidak cukup bergerak atau terlalu banyak duduk dan berbaring
  • kurang aktif dan tidak berolahraga
  • menunda pergi ke toilet
  • mengubah pola makan atau rutinitas harian
  • efek samping obat
  • stres
  • mengalami kecemasan atau depresi

Baca juga: 7 Obat Sembelit Alami yang Praktis

Selain itu, terdapat banyak penyebab jika seseorang memiliki konstipasi atau sembelit kronis.

1. Penyumbatan di usus besar atau rektum

Adanya penyumbatan di rektum dapat memperlambat atau menghentikan pergerakan feses. Hal ini dapat disebabkan oleh:

  • robekan kecil di kulit sekitar anus (fisura anus)
  • penyumbatan di usus (obstruksi usus)
  • penyempitan usus besar (striktur usus)
  • rektum menonjol melalui dinding belakang vagina (rektokel)
  • kanker usus besar
  • kanker perut lainnya yang menekan usus besar
  • kanker rektal

2. Masalah pada saraf di sekitar usus besar dan rektum

Masalah neurologis dapat memengaruhi saraf yang mengelilingi otot usus dan rektum berkontraksi dan memindahkan feses melalui usus.

Penyebabnya meliputi:

  • kerusakan pada saraf pengontrol fungsi tubuh (neuropati otonom)
  • sklerosis ganda
  • penyakit Parkinson
  • cedera saraf tulang belakang
  • stroke

Baca juga: Kapan Harus ke Dokter Ketika Sembelit?

3. Masalah dengan otot pembuangan

Jika terdapat masalah dengan otot panggul yang terlibat dalam pembuangan air besar, risiko terkena sembelit kronis menjadi lebih besar, seperti:

  • ketidakmampuan untuk mengendurkan otot-otot panggul yang membantu pembuangan air besar (anismus)
  • otot panggul yang tidak mengoordinasikan relaksasi dan kontraksi dengan benar (dissinergia)
  • otot panggul melemah

4. Kondisi yang memengaruhi hormon tubuh

Hormon dapat membantu menyeimbangkan cairan dalam tubuh Anda. Penyakit dan kondisi yang mengganggu keseimbangan hormon dapat menyebabkan sembelit, termasuk:

  • diabetes
  • kelenjar paratiroid yang terlalu aktif (hiperparatiroidisme)
  • kehamilan
  • tiroid kurang aktif (hipotiroidisme)

Diagnosis

Penderita konstipasi dapat menanganinya mengubah pola makan, memperbanyak olahraga, atau minum laksatif (pelancar BAB).

Namun, penggunaan laksatif sebaiknya tidak lebih dari dua minggu tanpa mengunjungi dokter.

Baca juga: 8 Makanan Penyebab Sembelit yang Perlu Diwaspadai

Laksatif dapat menyebabkan tubuh Anda memiliki ketergantungan untuk fungsi usus besar.

Segera cari penanganan medis saat:

  • Anda mengalami sembelit selama lebih dari tiga minggu
  • terdapat darah pada feses
  • sakit perut
  • sakit saat buang air besar
  • Anda kehilangan berat badan

Selain pemeriksaan anus dan pertanyaan soal riwayat gejala, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti tes darah untuk mengetahui jumlah darah, elektrolit, dan fungsi tiroid Anda.

Faktor Risiko

Seseorang dapat memiliki risiko tinggi terkena sembelit jika memiliki pola makan yang buruk atau kurang berolahraga. Faktor lainnya meliputi:

  • Usia 65 tahun atau lebih. Orang dewasa usia lanjut cenderung kurang aktif secara fisik, memiliki penyakit, serta pola makan yang buruk.
  • Keterbatasan di tempat tidur. Mereka yang memiliki kondisi medis tertentu, seperti cedera tulang belakang, sering mengalami kesulitan BAB.
  • Wanita atau anak. Wanita lebih sering mengalami sembelit ketimbang pria. Anak-anak juga lebih rentan terkena sembelit dibandingkan orang dewasa.
  • Hamil. Perubahan hormon dan tekanan pada usus karena adanya janin yang sedang tumbuh dapat menyebabkan sembelit.

Baca juga: 4 Alasan Stres Bisa Sebabkan Sembelit

Komplikasi

Jika berlangsung dalam jangka panjang, konstipasi dapat menyebabkan impaksi feses di mana kotoran menumpuk di bagian terakhir usus besar (rektum).

Gejala utamanya merupakan diare setelah mengalami sembelit dalam waktu lama.

  • Impaksi feses dapat ditangani dengan:
  • obat pencahar atau laksatif untuk melancarkan BAB
  • supositoria, obat yang ditaruh di pantat
  • enema mini, mengalirkan cairan melalui bagian bawah seseorang menuju usus
  • feses dikeluarkan dengan bantuan tenaga medis

Pencegahan

Memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik merupakan cara tercepat untuk mencegah konstipasi. Selain itu, beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

  • Minum 1,5 liter hingga 2 liter air setiap harinya untuk menghidrasi tubuh.
  • Batasi konsumsi alkohol dan minuman berkafein.
  • Konsumsi makanan berserat, seperti buah dan sayuran menta, biji-bijian dan kacang-kacangan. Setidaknya, seseorang dianjurkan untuk makan serat sebanyak 20 sampai 35 gram.
  • Kurangi makanan rendah serat seperti, daging, susu, keju, dan makanan olahan.
  • Olahraga setidaknya 150 menit per minggu, 30 menit per hari.
  • Jangan tunda keinginan untuk BAB.
  • Tambahkan suplemen serat ke dalam makanan jika diperlukan. Jangan lupa untuk lebih banyak minum jika menggunakan cara ini.

Baca juga: 4 Cara Alami Cegah Sembelit Pada Ibu Hamil

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau