KOMPAS.com - Setiap orang memiliki jadwal buang air besar (BAB) yang berbeda, seperti tiga kali sehari, atau bahkan hanya beberapa kali seminggu.
Namun, ada kondisi di mana Anda sulit atau lebih jarang membuang air besar, yaitu saat konstipasi atau sembelit.
Hampir semua orang pernah mengalaminya dan kondisi ini cenderung bersifat tidak serius. Namun, tubuh akan terasa lebih baik jika sistem pencernaan kembali normal.
Baca juga: Kebanyakan Makan Daging, Berikut 6 Buah untuk Mengatasi Sembelit
Anda kemungkinan mengalami sembelit jika merasakan beberapa gejala berikut:
Orang dengan demensia (pikun), mungkin akan cenderung lebih sulit untuk menyadari jika dirinya terkena konstipasi.
Itulah sebabnya penting untuk menyadari setiap gerak-gerik mereka yang mungkin terlihat kesakitan atau tidak nyaman.
Sembelit umumnya terjadi akibat feses dalam tubuh yang tidak dapat bergerak secara lancar dalam saluran pencernaan.
Akibatnya, feses tersebut tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Hal itulah yang menyebabkan feses menjadi keras dan kering.
Umumnya, konstipasi dapat diakibatkan oleh:
Baca juga: 7 Obat Sembelit Alami yang Praktis
Selain itu, terdapat banyak penyebab jika seseorang memiliki konstipasi atau sembelit kronis.
1. Penyumbatan di usus besar atau rektum
Adanya penyumbatan di rektum dapat memperlambat atau menghentikan pergerakan feses. Hal ini dapat disebabkan oleh:
2. Masalah pada saraf di sekitar usus besar dan rektum
Masalah neurologis dapat memengaruhi saraf yang mengelilingi otot usus dan rektum berkontraksi dan memindahkan feses melalui usus.
Penyebabnya meliputi:
Baca juga: Kapan Harus ke Dokter Ketika Sembelit?
3. Masalah dengan otot pembuangan
Jika terdapat masalah dengan otot panggul yang terlibat dalam pembuangan air besar, risiko terkena sembelit kronis menjadi lebih besar, seperti:
4. Kondisi yang memengaruhi hormon tubuh
Hormon dapat membantu menyeimbangkan cairan dalam tubuh Anda. Penyakit dan kondisi yang mengganggu keseimbangan hormon dapat menyebabkan sembelit, termasuk:
Penderita konstipasi dapat menanganinya mengubah pola makan, memperbanyak olahraga, atau minum laksatif (pelancar BAB).
Namun, penggunaan laksatif sebaiknya tidak lebih dari dua minggu tanpa mengunjungi dokter.
Baca juga: 8 Makanan Penyebab Sembelit yang Perlu Diwaspadai
Laksatif dapat menyebabkan tubuh Anda memiliki ketergantungan untuk fungsi usus besar.
Segera cari penanganan medis saat:
Selain pemeriksaan anus dan pertanyaan soal riwayat gejala, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti tes darah untuk mengetahui jumlah darah, elektrolit, dan fungsi tiroid Anda.
Seseorang dapat memiliki risiko tinggi terkena sembelit jika memiliki pola makan yang buruk atau kurang berolahraga. Faktor lainnya meliputi:
Baca juga: 4 Alasan Stres Bisa Sebabkan Sembelit
Jika berlangsung dalam jangka panjang, konstipasi dapat menyebabkan impaksi feses di mana kotoran menumpuk di bagian terakhir usus besar (rektum).
Gejala utamanya merupakan diare setelah mengalami sembelit dalam waktu lama.
Memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik merupakan cara tercepat untuk mencegah konstipasi. Selain itu, beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
Baca juga: 4 Cara Alami Cegah Sembelit Pada Ibu Hamil
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.