KOMPAS.com - Setiap orang pasti pernah merasakan stres dalam hidupnya.
Terkadang, stres tersebut bisa berimbas pafa fisik kita. Tak sedikit orang yang jatuh sakit akibat stres.
Stres memang bisa mempengaruhi semua sistem tubuh termasuk muskuloskeletal, pernapasan, kardiovaskular, endokrin, gastrointestinal, saraf, dan sistem reproduksi.
Bahkan, stres juga bisa mempengaruhi penampilan kita.
Beberapa efek stres pada fisik yang sering terjadi, di antaranya:
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa tingkat stres yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan munculnya jerawat.
Ketika merasa stres, mereka cenderung lebih sering menyentuh wajah mereka. Ini dapat menyebarkan bakteri dan berkontribusi pada perkembangan jerawat.
Beberapa penelitian juga mengkonfirmasi bahwa jerawat dapat dikaitkan dengan tingkat stres yang lebih tinggi.
Satu studi kecil mengukur keparahan jerawat pada 22 mahasiswa sebelum dan selama ujian. Selama periode pemeriksaan di mana stres meningkat, jerawat menjadi lebih parah.
Studi lain terhadap 94 remaja menemukan bahwa tingkat stres yang lebih tinggi dikaitkan dengan jerawat yang lebih buruk, terutama pada anak laki-laki.
Baca juga: 8 Jenis Kanker Kulit yang Perlu Diwaspadai
Banyak penelitian telah menemukan bahwa stres dapat menyebabkan sakit kepala, suatu kondisi yang ditandai dengan rasa sakit di daerah kepala, wajah, atau leher.
Sebuah studi tahun 2015 menunjukkan bahwa peningkatan intensitas stres dikaitkan dengan peningkatan jumlah hari sakit kepala yang dialami per bulan.
Studi lain mensurvei 172 anggota dinas militer di klinik sakit kepala, menemukan bahwa 67 persen melaporkan sakit kepala mereka dipicu oleh stres.
Pemicu sakit kepala umum lainnya dapat mencakup kurang tidur, diet, konsumsi alkohol, perubahan hormonal, dan banyak lagi.
Baca juga: Tersenyum Ketika Sedih? Bisa Jadi Gejala Smiling Depression
Sakit dan nyeri adalah keluhan umum yang dapat diakibatkan oleh peningkatan tingkat stres.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa nyeri kronis dapat dikaitkan dengan tingkat stres yang lebih tinggi serta peningkatan kadar kortisol, yang merupakan hormon stres utama tubuh.
Misalnya, satu penelitian yang sangat kecil membandingkan orang dengan nyeri punggung kronis dengan kelompok kontrol.
Riset tersebut menemukan bahwa mereka yang mengalami nyeri kronis memiliki kadar kortisol yang lebih tinggi.
Studi lain menunjukkan bahwa orang dengan nyeri kronis memiliki kadar kortisol yang lebih tinggi di rambut mereka, yang digambarkan oleh penelitian tersebut sebagai indikator baru dari stres berkepanjangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.