Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Manfaat Pengurutan Genom Manusia Bagi Kesehatan

Kompas.com - 12/10/2022, 13:23 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com- Pengurutan genom (genome sequencing) membawa babak baru dalam dunia kesehatan. Dengan mengetahui profil genom atau informasi genetik seseorang, para pakar bisa mendeteksi penyakit di masa depan dan juga memberi obat-obatan secara tepat.

Selama pandemi Covid-19, teknologi pengurutan genom berperan penting dalam penanggulangan penyakit menular ini. Termasuk di antaranya mengidentifikasi virus penyebab Covid-19 dan juga pembuatan vaksin.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt. M.Pharm., MARS, mengatakan, dengan teknologi pengurutan genom kita akan beralih ke pengobatan yang presisi.

“Setiap individu punya genetik beda-beda. Kalau selama ini secara konvensional pengobatan untuk sebuah penyakit sama semua. Tetapi sekarang eranya precision medicine,” kata Lucia dalam acara wawancara terbatas yang digelar Kemenkes dan perusahaan bioteknologi Illumina (10/10/2022).

Baca juga: Apa Itu Whole Genome Sequencing dan Aplikasinya untuk Covid-19

Ia menjelaskan, pengobatan yang presisi merupakan pengobatan yang dirancang khusus bagi setiap individu sesuai dengan profil genetiknya.

“Obat yang sama belum tentu memberi efektivitas yang sama pada setiap individu,” ujarnya.

Selain itu, pengobatan yang presisi juga akan menghemat pembiayaan kesehatan karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengobatan yang tidak tepat.

Laboratorium pengurutan genom

Saat ini Indonesia sedang memperkuat laboratorium pengurutan genom. Pemerintah membentuk Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) yang menjadi bagian dari transformasi sistem kesehatan Indonesia dalam bio teknologi.

Menurut Lucia, sampai dengan Agustus 2022 sudah ada 41 mesin pengurutan genom di 31 fasilitas laboratorium yang tersebar di beberapa rumah sakit di seluruh Indonesia. Jumlahnya akan bertambah sampai dengan akhir tahun ini.

Baca juga: 2 Perempuan di Balik Penemuan Gunting Genom Pemenang Nobel Kimia

Teknologi ini akan dipakai untuk mengidentifikasi penyakit diabetes melitus, kanker, tuberkulosis, rare diseases (penyakit langka), stroke dan juga beauty & wellness atau gaya hidup sehat.

“Kelak kita akan punya reference gen punya orang Indonesia, yang bisa dipakai untuk pengobatan, pembuatan obat, hingga vaksin,” kata Lucia.

Dia mengatakan, dalam 2 tahun ke depan ada 100 ribu pengurutan genom dan pemetaan varian yang terkumpul. Kelak data itu bisa dipakai untuk pengobatan, skrining penyakit, hingga pencegahan penyakit prioritas.

Berdirinya fasilitas pengurutan genom ini tak lepas dari dukungan para donatur, seperti The Global Fund, termasuk perusahaan bioteknologi Illumina.

Senior Director Sales Asia Pasifik dan Jepang dari Illumina, Rob McBride mengatakan, Illumina mendukung dengan menghadirkan teknologi terdepan dalam pengurutan genom.

Illumina memiliki sejarah panjang dalam mendukung perkembangan genome sequencing di Indonesia. Antara lain dalam melakukan pengurutan genom untuk mengetahui varian baru virus. Hal ini menjadi penting bagi manajemen kesehatan masyarakat melalui deteksi dan pemantauan penyebaran.

Baca juga: LIPI Berhasil Urutkan Genom Virus Corona SARS-CoV-2, Apa Manfaatnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau