Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Aktifitas Fisik, Penanganan Mudah dan Murah Anak Autis

Kompas.com - 06/12/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Rizky Bina Nirbayaningtyas, Dr. Heryanti Satyadi, M.Si., Psikolog, dan Dr. Naomi Soetikno, M.Pd., Psikolog*

Autism Spectrum Disorder (ASD), yaitu gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan gangguan dalam komunikasi sosial, adanya keterbatasan minat dan perilaku yang berulang (Hodges, Fealko, & Soares 2020).

Penanganan pada anak dengan ASD harus dimulai sesegera mungkin setelah mendapatkan diagnosis oleh seorang profesional untuk mendapatkan hasil optimal.

Saat ini jumlah anak dengan ASD di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sementara jumlah tenaga kesehatan di Indonesia sangat sedikit yang berarti distribusi pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum merata, dan sebagian besar penduduk masih terkonsentrasi di kota-kota besar di Jawa (Ika, 2015).

Saat ini banyak anak dengan ASD yang ada di daerah dibawa ke Jakarta untuk mendapatkan penanganan dari profesional karena minimnya perawatan serta tenaga profesional di daerah asalnya, menurut Melly Budhiman, pakar autisme dan ketua Yayasan Autisma Indonesia (Priherdityo, 2016).

Tidak sedikit juga orangtua yang mengalami keterbatasan ekonomi dalam mengatasi anak dengan ASD, mengingat penanganan pada anak ASD membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena harus dilakukan secara rutin.

Permasalahan juga dialami oleh orangtua yang berkecukupan untuk membawa anaknya mendapatkan penanganan kepada terapis.

Tidak sedikit orangtua yang merasa bahwa ketika telah membawa anaknya ke terapis, maka perkembangan anak sepenuhnya merupakan tanggung jawab terapis.

Sebenarnya pada saat anak melakukan terapis, anak memiliki sesi yang terbatas seperti hanya sejam dalam seminggu. Tentunya anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dengan orangtuanya dibandingkan dengan terapisnya (Harsono, 2019).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+