Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
drg. Citra Kusumasari, SpKG (K), Ph.D
dokter gigi

Menyelesaikan Program Doktoral di bidang Kariologi dan Kedokteran Gigi Operatif (Cariology and Operative Dentistry), Tokyo Medical and Dental University, Jepang.

Sebelumnya, menempuh Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi di Universitas Indonesia, Jakarta dan Pendidikan Dokter Gigi di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Berpraktik di berbagai rumah sakit dan klinik di Jakarta. Ilmu karies, estetik kedokteran gigi, dan perawatan syaraf gigi adalah keahliannya.

Tambalan Resin Komposit Satu Warna untuk Semua Tipe Gigi

Kompas.com - 21/01/2023, 08:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Daftar Isi
Buka

Penulis: drg. Citra Kusumasari, Sp.K.G.(K), Ph.D.

MENURUT hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi masyarakat yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia adalah sebesar 56.7%, dengan indeks nasional untuk gigi berlubang, gigi tanggal, dan tambalan adalah sebesar 7.1%.

Oleh karena itu, perawatan gigi berlubang adalah perawatan yang cukup sering dilakukan di dalam praktek kedokteran gigi.

Perawatan gigi berlubang yang infeksinya belum mencapai ruang saraf dan pembuluh darah gigi, dapat dilakukan penambalan gigi secara langsung. Material penambalan yang baik sangat diperlukan untuk menghasilkan tambalan yang tahan lama, estetik, dan dapat mengembalikan fungsi gigi secara normal.

Material penambalan gigi secara langsung yang umum digunakan adalah resin komposit. Resin komposit memiliki banyak keuntungan, antara lain ketahanan dan ikatan ke gigi yang baik, serta warna yang menyerupai gigi asli.

Baca juga: Demi Kesehatan Gigi, Perhatikan Cara Menyikat Gigi yang Benar

Resin komposit yang sukses dikomersilkan pertama kali adalah pada tahun 1970-an. Resin komposit ini memiliki kekuatan yang baik (karena bahan pengisi kompositnya berukuran besar yaitu 0-5 m), namun menghasilkan permukaan yang tidak rata karena sulit dipoles.

Pada tahun 1980-an, diperkenalkan resin komposit dengan bahan pengisi makro, yang memiliki sifat mudah dipoles dan estetik, namun kekuatannya kurang baik. Selanjutnya, di tahun 1990-an, diperkenalkan resin komposit yang lebih kuat, namun estetikanya masih belum baik.

Formulasi resin komposit terbaru lahir di kalangan dokter gigi pada tahun 2000-an, yaitu resin komposit dengan karakteristik estetik yang menyerupai gigi asli (ada pilihan translusensi dan opak). Kemudian, tahun 2010 muncul resin komposit dengan teknik bulk-fill (diklaim bisa menambal langsung gigi berlubang dengan ketebalan 4 mm). Namun, banyak pro dan kontra mengenai tambalan dengan teknik tersebut.

Di balik kepopuleran resin komposit sebagai bahan tambal gigi, pemilihan warna yang mendekati warna gigi asli setiap pasien menjadi kendala bagi setiap dokter gigi. Pun ketidakpuasan dari hasil akhir tambalan dari pasien, akibat warna yang tidak sama dengan gigi asli lain di dalam rongga mulutnya.

Baca juga: Dokter Unair: Mau Tambal Gigi? Kenali Dulu Bahan yang Digunakan

Pada awalnya, warna tambalan gigi yang dikembangkan untuk memperoleh tranlusensi dan opak yang mendekati warna gigi alami adalah sebanyak 32 warna, yang terdiri dari warna untuk enamel dan dentin gigi.

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, warna resin komposit dipangkas menjadi beberapa warna saja, bahkan saat ini ada warna universal yang terdiri dari 1 atau 2 warna yang dapat menyerupai seluruh rentang warna gigi-gigi.

Komposit satu warna

Teknologi terbaru dari Jepang pada tahun 2019, telah menghasilkan resin komposit satu warna untuk segala jenis warna gigi pada seluruh pasien. Komposisi dasar tambalan resin ini adalah bahan pengisi dan resin dasar yang sama dengan resin konvensional, tetapi sebuah teknologi terbaru yang disebut pewarnaan struktural telah ditambahkan pada resin komposit ini.

Pewarnaan struktural adalah fenomena di mana zat yang tidak memiliki pigmen tetapi diwarnai oleh pantulan cahaya berdasarkan struktur nano dibawah panjang gelombang cahaya tampak.

Baca juga: 6 Cara Meringankan Sakit Gigi Berlubang Nyut-nyutan di Rumah

Resin komposit satu warna ini mengandung partikel supra-nano berbentuk spherical yang berukuran 260 nm. Diasumsikan bahwa ukuran struktur nano ini dapat meningkatkan warna tertentu. Ukuran bahan pengisi nano-partikel ini menghasilkan warna merah hingga kuning yang berhubungan dengan warna gigi manusia.

Bahan pengisi ini juga memberikan efek pencampuran cahaya yang dipantulkan dari permukaan resin dan mendifusikan cahaya yang dipantulkan dari bahan pengisi dan resin dasar yang terkandung dalam komposit resin dan warna latar belakang gigi. Teknologi unik dan menarik ini membuatnya cocok untuk berbagai warna gigi.

Sehingga, tambalan resin komposit satu warna ini memiliki keuntungan bagi dunia kedokteran gigi, antara lain manajemen inventaris menjadi lebih sederhana, mengurangi limbah resin komposit yang tidak terpakai, mengurangi kejadian ketidaktersediaan warna resin komposit di klinik dokter gigi, mengurangi waktu perawatan, serta meningkatkan kepuasan estetik pasien.

drg. Citra Kusumasari, Sp.K.G.(K), Ph.D.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Health
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Health
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Health
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Health
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Health
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Health
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Health
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Health
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Health
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Health
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Health
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Health
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Health
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau