Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Arya Tjipta, Sp. B.P.R.E., Subsp.K.M(K)
Dokter

Dokter Spesialis Bedah Plastik

Pedang Bermata Dua: Memanfaatkan "Racun" untuk Perawatan Tubuh dan Wajah

Kompas.com - 01/06/2023, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RACUN, kata yang biasanya identik dengan bahaya dan kematian, ternyata memiliki dua sisi yang bertolak belakang dalam dunia perawatan kulit dan kecantikan.

Kita mengenal racun sebagai zat berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh. Namun, siapa sangka, di balik ketakutan dan stigma tersebut, racun memiliki manfaat yang tak terduga dalam dunia estetika.

Berbagai jenis racun telah digunakan oleh ilmuwan dan ahli kecantikan sebagai bahan utama dalam produk perawatan kulit dan tubuh.

Salah satu contohnya adalah racun botulinum atau Botulinum toxin. Racun yang biasanya ditemukan dalam makanan kaleng berbahaya ini, ternyata memiliki manfaat yang luar biasa untuk perawatan wajah dan tubuh.

Botulinum toxin pertama kali diisolasi pada akhir abad ke-19, oleh ilmuwan Belgia bernama Emile Pierre van Ermengem.

Namun, Botox® sendiri dipatenkan oleh perusahaan Allergan dan mendapatkan persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada 1989 untuk penggunaan medis, khususnya dalam pengobatan strabismus (mata juling) dan blepharospasm (kelopak mata berkedut).

Botox® mulai dikenal dalam dunia estetika setelah Dr. Jean Carruthers, seorang dokter spesialis oftalmologi, dan suaminya Dr. Alastair Carruthers, seorang dermatologis, mengamati bahwa pasien yang menerima perawatan Botox® untuk blepharospasm mengalami berkurangnya kerutan di sekitar mata.

Mereka kemudian mulai melakukan penelitian dan mempresentasikannya pada pertemuan American Society for Dermatologic Surgery pada 1991.

Pada 2002, Botox® secara resmi mendapatkan persetujuan dari FDA untuk digunakan dalam pengobatan estetika, yaitu untuk mengurangi penampilan garis-garis halus dan kerutan di dahi.

Sejak itu, penggunaan Botox® dalam dunia estetika telah berkembang pesat dan sekarang digunakan untuk berbagai perawatan, termasuk penanganan kerutan di sekitar mata, dahi, dan mulut, serta berbagai kondisi medis lainnya.

Botulinum toxin, adalah protein yang diproduksi oleh bakteri Clostridium botulinum. Ada berbagai jenis botulinum toxin, tetapi yang paling sering digunakan dalam dunia medis adalah type A dan B.

Produk-produk yang mengandung botulinum toxin biasanya memiliki nama merek yang berbeda-beda, berikut beberapa contohnya:

  1. Botox (Botulinum toxin type A): Produk ini merupakan produk pertama yang mengandung botulinum toxin dan telah digunakan secara luas di dunia medis, terutama dalam perawatan estetika.
  2. Dysport (Botulinum toxin type A): Produk ini mirip dengan Botox dan umumnya digunakan dalam perawatan estetika, seperti mengurangi kerutan.
  3. Xeomin (Botulinum toxin type A): Xeomin memiliki struktur yang lebih murni dibandingkan dengan Botox dan Dysport, sehingga dikatakan memiliki risiko reaksi alergi yang lebih rendah.
  4. Myobloc atau Neurobloc (Botulinum toxin type B): Produk ini biasanya digunakan dalam perawatan kondisi medis tertentu, seperti spasme otot.

Berikut beberapa kegunaan botulinum toxin dalam dunia medis:

Estetika Medis

  • Mengurangi kerutan dan garis halus: Botulinum toxin bekerja dengan menghambat gerakan otot yang menyebabkan kerutan, seperti kerutan dahi, kerutan di sekitar mata (crow's feet), dan garis halus di sekitar bibir.
  • Hyperhidrosis (keringat berlebih): Botulinum toxin dapat disuntikkan ke area yang mengalami keringat berlebih, seperti ketiak, telapak tangan, dan telapak kaki, untuk mengurangi produksi keringat.
  • Peningkatan rahang: Botulinum toxin dapat digunakan untuk mengubah bentuk rahang dengan merelaksasi otot-otot yang mempengaruhi bentuk rahang.

Medis secara keseluruhan

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau