2. Calcium Hydroxylapatite (CaHA) Fillers: CaHA adalah jenis mineral yang ditemukan di tulang manusia. Filler seperti Radiesse menggunakan CaHA untuk menciptakan volume dan merangsang produksi kolagen alami tubuh. Efek samping yang mungkin terjadi mirip dengan filler HA.
3. Poly-L-lactic Acid Fillers: Filler jenis ini, seperti Sculptra, merangsang tubuh untuk membuat kolagen, membantu memulihkan volume wajah yang hilang. Efek samping yang mungkin terjadi seperti pembengkakan, memar, dan benjolan atau benjolan kecil di bawah kulit.
4. Polymethylmethacrylate (PMMA) Fillers: Filler PMMA, seperti Bellafill, merupakan filler semi-permanen yang digunakan untuk mengobati kerutan yang dalam, seperti smile lines, serta akne parah.
Efek samping yang mungkin terjadi meliputi pembengkakan, memar, dan pembentukan benjolan di bawah kulit.
5. Filler Autologous Fat: Ini melibatkan prosedur dua langkah di mana lemak diambil dari satu bagian tubuh (seperti perut atau paha) dan kemudian disuntikkan ke area yang membutuhkan lebih banyak volume.
Meski prosedur ini lebih invasif dan memerlukan waktu pemulihan, hasilnya bisa bertahan lebih lama atau bahkan permanen.
6. Filler Kolagen: Filler ini berbasis protein yang secara alami diproduksi oleh tubuh dan penting dalam menjaga kekenyalan dan struktur kulit.
Meskipun populer pada masa lalu, penggunaan filler kolagen telah berkurang karena kemunculan opsi filler lainnya yang lebih tahan lama dan memiliki risiko efek samping lebih rendah.
Ada satu lagi jenis filler yang dulu termasuk sering digunakan dalam dunia estetik dan pada zaman ini justru ditingggalkan karena dianggap berbahaya, yakni silikon.
Jika kita berbicara tentang filler silikon, ini adalah jenis filler permanen yang telah digunakan selama beberapa dekade.
Filler silikon dapat memberikan hasil yang tahan lama dan sering digunakan untuk lipatan yang lebih dalam dan penambahan volume yang signifikan.
Namun, penggunaan filler silikon juga memiliki risiko dan komplikasi yang lebih besar. Bahaya utamanya adalah potensi untuk reaksi alergi dan granuloma, yakni benjolan keras yang terbentuk sebagai reaksi tubuh terhadap zat asing.
Filler silikon juga dapat berpindah dari lokasi aslinya dan menyebabkan deformitas. Di beberapa negara, penggunaan filler silikon di wajah dilarang karena risiko ini.
Untuk filler silikon, selain risiko yang telah disebutkan sebelumnya, perlu diperhatikan juga bahwa perawatan dan penyesuaian yang salah dapat menyebabkan hasil yang tidak alami.
Filler silikon juga sulit untuk dihapus jika ada komplikasi atau jika pasien tidak puas dengan hasilnya, karena mereka merupakan filler permanen.