KOMPAS.com - Mi instan merupakan salah satu makanan favorit sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain praktis dan mudah dibuat, penganan berbahan dasar tepung gandum itu memiliki rasa gurih yang menggoda. Apalagi, jika ditambahkan telur mata sapi, cabai rawit iris, dan bawang goreng.
Lantaran bercita rasa sedap, tak sedikit orang Indonesia menjadikan mi instan sebagai penganan utama. Bahkan, Indonesia masuk dalam daftar tiga besar negara pengonsumsi mi instan terbanyak dunia.
Dilansir dari World Instant Noodles Association (WINA), Jumat (13/5/2022), konsumsi mi instan di Indonesia meningkat 4,98 persen menjadi 13,27 miliar bungkus pada 2021. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat kedua setelah China dengan konsumsi 43,99 miliar bungkus.
Di balik tren konsumsi mi instan yang begitu masif, tahukah Anda bahwa mayoritas mi instan diproduksi melalui penggorengan?
Baca juga: Ahli Gizi UM Surabaya Ingatkan Bahaya Anak Terlalu Sering Makan Mi Instan
Perlu diketahui, pembuatan mi instan pada umumnya terdiri dari enam tahap, yakni pencampuran (mixing), pembentukan (roll press), pengukusan (steaming), penggorengan (frying), pendinginan (cooling box), dan pengemasan (packing).
Penggorengan sendiri bertujuan untuk mengurangi kadar air pada mi hingga sekitar 3-5 persen sehingga lebih awet. Proses tersebut pun menjadi perhatian sebagian masyarakat lantaran dinilai berpengaruh terhadap kesehatan.
Lantas, seperti apa faktanya? Berikut adalah risiko kesehatan yang dapat timbul karena mengonsumsi makanan yang digoreng.
Berdasarkan 17 hasil riset yang diterbitkan Heart, Senin (18/1/2021), makanan yang diolah melalui penggorengan berisiko memicu penyakit jantung.
Baca juga: Apa Itu Etilen Oksida, Zat yang Ditemukan dalam Produk Mi Instan?
Penelitian tersebut menyebutkan bahwa seseorang yang mengonsumsi gorengan secara berlebih berisiko terkena penyakit jantung 22 persen lebih tinggi daripada yang makan gorengan dalam porsi kecil.
Tidak hanya itu, individu yang mengonsumsi gorengan secara berlebihan juga berisiko 28 persen lebih tinggi mengalami peristiwa kardiovaskular utama, seperti strok atau gagal jantung.
Selain itu, makanan yang digoreng pada suhu sangat tinggi juga dapat menghasilkan senyawa yang berpotensi meningkatkan peradangan dan stres oksidatif. Peradangan ini terkait dengan penyakit kardiovaskular.
Dalam sebuah studi yang dimuat Healthline, Kamis (9/2/2023), makanan yang diolah dengan cara digoreng, seperti mi instan, juga dapat memicu diabetes tipe 2.
Baca juga: Dosen UM Surabaya: 3 Bahaya Mi Instan Buat Anak, Contohnya Diabetes
Studi tersebut menunjukkan bahwa mengonsumsi sebanyak 4-6 porsi per minggu makanan yang digoreng dapat memicu diabetes tipe 2 sebesar 39 persen.
Hal itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, penganan yang diolah dengan cara digoreng terlebih dahulu mengandung kalori tinggi. Alhasil, energi yang masuk ke dalam tubuh lebih tinggi daripada yang dibutuhkan.
Pengolahan makanan dengan menggoreng berpotensi menghasilkan produk samping karsinogenik yang disebut akrilamida.