Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Arya Tjipta, Sp. B.P.R.E., Subsp.K.M(K)
Dokter

Dokter Spesialis Bedah Plastik

Transformasi Tubuh Tak Terduga jika Berhenti Makan Gula

Kompas.com - 01/07/2023, 16:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pastikan untuk mengisi kekosongan tersebut dengan makanan sehat dan seimbang.

Pada tahap awal penghentian konsumsi gula, perasaan lesu dan cemas yang dialami adalah hasil dari pengurangan tiba-tiba dalam asupan dopamin, neurotransmiter yang pelepasannya dipicu oleh konsumsi gula.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal "PLOS ONE", gula dan makanan manis dapat menghasilkan karakteristik kecanduan yang sama dengan kokain, yang menjelaskan mengapa sangat sulit untuk berhenti makan gula (Lenoir et al., 2007).

Minggu kedua: Perubahan fisik

Setelah melewati fase penyesuaian yang sulit, Anda mungkin akan mulai melihat perubahan fisik. Anda mungkin merasa lebih ringan dan energik.

Konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan peradangan dan bengkak. Ketika Anda berhenti makan gula, peradangan tersebut akan berkurang.

Selain itu, gula adalah salah satu penyebab utama jerawat. Jadi, jika Anda memiliki masalah kulit, Anda mungkin akan melihat peningkatan dalam kondisi kulit Anda setelah menghentikan konsumsi gula.

Perubahan fisik seperti penurunan peradangan setelah berhenti makan gula juga didukung oleh penelitian.

Menurut artikel "The American Journal of Clinical Nutrition", gula tambahan dalam diet dapat memicu peradangan tubuh dan penyakit kronis (Zinöcker and Lindseth, 2018).

Minggu ketiga dan keempat: Manfaat jangka panjang

Anda mungkin akan mulai melihat penurunan berat badan. Gula memiliki kalori yang tinggi dan memberikan sedikit nutrisi, sehingga menggantinya dengan makanan sehat bisa membantu menurunkan berat badan.

Selain itu, penurunan asupan gula juga dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2. Gula menyebabkan lonjakan glukosa dalam darah, dan konsumsi yang berlebihan dapat merusak kemampuan tubuh untuk mengendalikan glukosa tersebut.

Pada minggu ketiga dan keempat, penurunan berat badan dan risiko diabetes tipe 2 menjadi perhatian utama.

Menurut "Centers for Disease Control and Prevention" (CDC), diet tinggi gula adalah faktor risiko utama untuk obesitas dan diabetes tipe 2 (CDC, 2021).

Lebih dari sebulan: Perubahan menyeluruh

Setelah lebih dari sebulan tanpa gula, tubuh Anda akan melakukan transformasi yang benar-benar tak terduga.

Anda akan merasakan peningkatan energi dan kesejahteraan secara keseluruhan. Selain itu, risiko penyakit jantung, kanker, dan penyakit kronis lainnya juga akan berkurang.

Setelah lebih dari sebulan tanpa gula, tubuh akan melakukan transformasi total.

Penelitian yang dipublikasikan dalam "The New England Journal of Medicine" menunjukkan bahwa diet rendah gula dapat membantu mencegah dan mengelola berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung dan kanker (Hu et al., 2021).

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau