KOMPAS.com - Beberapa kondisi medis seperti gangguan keseimbangan dan penurunan gula darah kerap disalahartikan sebagai stroke.
Hal itu karena masalah medis tertentu memiliki gejala yang serupa dengan stroke, antara lain:
Baca juga: 4 Perbedaan Stroke Iskemik dan Hemoragik yang Perlu Diketahui
Simak penjelasan berikut untuk mengetahui kondisi kesehatan apa saja yang memiliki kemiripan dengan stroke.
Disarikan dari Livestrong, berikut tujuh masalah kesehatan yang memiliki gejala seperti stroke.
Gangguan keseimbangan seperti disfungsi vestibular perifer dapat terjadi ketika sensor keseimbangan di telinga mengalami masalah dalam mengirimkan sinyal ke otak.
Hal itu mengakibatkan seseorang merasa pusing atau kebingungan, penglihatan kabur, bahkan menyebabkan limbung dan terjatuh.
Menurut John Hopkins Medicine, seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan juga sering merasa cemas serta mual.
Gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain infeksi, masalah telinga bagian dalam, obat-obatan tertentu, hingga cedera otak.
Menurut National Institutes of Health (NIH), gangguan keseimbangan lebih kerap terjadi pada orang berusia lanjut atau lansia.
Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terkendali.
Gangguan ini dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku, gerakan atau perasaan, hingga tingkat kesadaran.
Kejang juga sering ditandai dengan gejala mirip stroke, yaitu mati rasa di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, hingga gangguan penglihatan.
Dilansir dari Mayo Clinic, kejang umumnya disebabkan oleh epilepsi, demam tinggi, dan kurang tidur.
Baca juga: 5 Tanda-tanda Stroke yang Perlu Diwaspadai, Termasuk Sakit Kepala
Menurut ulasan Journal of Clinical Neuroscience, sakit kepala akibat migrain juga sering disalahartikan sebagai ciri-ciri stroke.
Alasannya, migrain dapat membuat seseorang merasa sakit kepala parah terutama di sekitar pelipis, mual, muntah, serta sensitif terhadap cahaya dan suara.
Dalam kasus tertentu orang yang mengalami migrain juga merasa lunglai dan matu rasa di satu sisi bagian tubuh, susah berkomunikasi, dan masalah penglihatan.
Multiple sclerosis (MS) adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menggerogoti lapisan pelindung saraf.
Kerusakan saraf akibat MS mengganggu komunikasi antara otak dan tubuh.
Multiple Sclerosis menyebabkan gejala mirip stroke, seperti gangguan koordinasi, hilangnya penglihatan, dan rasa lelah berkepanjangan.
Sebagian orang mungkin tidak mengeluhkan gejala apa pun. Namun, ada pula yang memiliki gejala kronis parah yang tak kunjung sembuh.
Baca juga: 5 Tanda-tanda Stroke pada Wanita yang Kerap Diabaikan
Hiponatremia adalah kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah terlalu rendah.
Dengan kondisi ini, tubuh menyimpan terlalu banyak air sehingga melarutkan natrium di dalam darah.
Natrium yang larut menyebabkan seseorang kekurangan natrium dan merasakan kondisi mirip stroke, termasuk otot berkedut, sakit kepala, kejang, mual, hingga kesulitan bernapas.
Penyebab hiponatremia antara lain konsumsi obat diuretik, kebiasaan minum minuman beralkohol, hingga diare parah.
Ketika gula darah turun di bawah kisaran normal, seseorang dapat terlihat pucat, gemetar, berkeringat, dan pusing.
Apabila kadar gula darah tak kunjung normal, kita mungkin merasakan gejala mirip stroke, seperti kebingungan, cadel, kehilangan koordinasi, dan penglihatan kabur.
Gula darah rendah paling sering terjadi pada orang yang mengidap penyakit diabetes, ginjal, dan hati.
Selain itu, konsumsi alkohol berlebihan dan kekurangan hormon tertentu juga dapat menyebabkan gula darah anjlok.
Baca juga: 7 Makanan untuk Mencegah Serangan Stroke
Bell's palsy adalah kelainan saraf yang terjadi ketika saraf yang mengontrol otot di wajah berhenti bekerja. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi atau cedera.
Gejala Bell's palsy yang menyerupai stroke yaitu lumpuh di bagian wajah, alis atau mulut terkulai, air liur keluar dari satu sisi mulut, hingga kesulitan menutup salah satu kelopak mata.
Mengetahui macam-macam kondisi medis mirip stroke dapat meningkatkan kewaspadaan kita.
Namun, kita sebaiknya tidak melakukan self diagnosis. Segeralah ke rumah sakit jika merasakan salah satu gejala terkait stroke.
Kita mungkin kesulitan untuk membedakan stroke dengan kondisi medis lainnya karena memiliki gejala yang hampir sama.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah tanda-tanda tersebut merupakan gejala stroke atau bukan yaitu dengan melakukan tes FAST (Face, Arm, Speech, Time), berikut penjelasannya.
Semakin cepat penderita terduga stroke mendapatkan perawatan medis, semakin besar pula harapan untuk sembuh.
Dokter akan memastikan apakah penurunan fungsi tubuh merupakan tanda stroke atau kondisi medis yang lain.
Baca juga: Apakah Stroke Saat Tidur Lebih Cepat Memicu Kematian?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya