PRESTASI Kuba, negeri kecil di kepuluan Karibia, cukup mengesankan. Meskipun mengalami embargo selama lebih enam dekade, yang merugikan Kuba hingga sebesar 130 miliar dollar AS (Rp 1,963 triliun), negeri berpenduduk 11 juta jiwa itu punya sistem kesehatan terbaik di dunia.
Meskipun sering dicap negara miskin, Kuba sudah terbebas dari gizi buruk (UNICEF, 2006). Angka kematian bayi hanya 4,2 per 1000 kelahiran. Angka harapan hidupnya mencapai 78.86 tahun.
Dalam Legatum Prosperity Index 2013, skor kesehatan Kuba menempati peringkat ke-27 di dunia.
Pada 2014, Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Chan, menyebut sistem kesehatan Kuba sangat unggul dan efisien.
Sementara Sekjen PBB, Ban Ki-moon, menyebut sistem kesehatan Kuba sebagai contoh yang bagus untuk dunia.
Kuba bak mercusuar bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia, bahwa kesehatan yang maju tidak melulu hanya milik negara kaya.
Dalam urusan kesehatan, Kuba yang PDB-nya hanya 107 juta dollar AS tak kalah dengan AS yang 23,3 triliun dollar AS.
Karena itu, tak salah kalau Indonesia menoleh ke Kuba. Tuntutlah ilmu kesehatan sampai ke negeri Kuba.
Mungkin banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, mencantumkan kesehatan sebagai hak dasar di Konstitusinya. Namun hanya sedikit yang benar-benar mewujudkannya.
Kuba adalah satu dari sedikit negara yang berhasil mewujudkan cakupan kesehatan yang benar-benar universal, yang bisa diakses oleh seluruh rakyatnya tanpa rintangan biaya dan diskriminasi.
Kuba menggratiskan semua layanan kesehatan publiknya. Itu berlaku untuk semua jenis layanan: preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari diagnosisi hingga operasi berskala besar, tidak dipungut biaya sepeser pun.
Itu bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, pascarevolusi 1959, Kuba menasionalisasi hampir semua layanan kesehatannya, termasuk rumah sakit dan klinik. Menariknya, meski di bawah kendali pemerintah, kualitas layanannya tidak ecek-ecek.
Kedua, layanan kesehatan Kuba didukung anggaran besar. Kuba mungkin miskin, tetapi negara ini tak pernah berhemat soal kesehatan dan pendidikan.
Sejak 1960, anggaran kesehatan Kuba tak pernah di bawah 6 persen dari PDB. Pada 2020, belanja kesehatan Kuba mencapai 12,49 dari PDB.
Bahkan, ketika tahun 1990-an sedang dililit krisis setelah runtuhnya Uni Soviet dan embargo AS, Kuba lebih memilih memangkas belanja militer ketimbang kesehatan dan pendidikan.