Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Baru Cegah Kebutaan karena Kerusakan Retina

Kompas.com - 04/11/2023, 12:19 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

 

KOMPAS.com - Kerusakan pada retina yang disebabkan karena faktor penuaan dan juga penyakit diabetes dapat menyebabkan kebutaan jika tidak diobati. Saat ini hadir inovasi pengobatan terbaru untuk memperbaiki penglihatan.

Kerusakan retina akibat penuaan disebut dengan penyakit degenerasi makula (Age-related macular degenartion/AMD). Kondisi ini dibagi menjadi tipe kering dan basah. Makula sendiri adalah bagian tengah retina.

Dijelaskan oleh dokter spesialis mata Elvioza Sp.M (K), AMD tipe basah yang disebut neovascular-AMD disebabkan karena pertumbuhan abnormal pembuluh darah dan mengalami kebocoran.

"Perjalanan penyakit ini 80 persennya akan mengalami kebutaan kalau tidak diobati," katanya dalam acara media edukasi "Inovasi Baru untuk Menyelamatkan Penglihatan" yang diadakan oleh Roche Indonesia di Jakarta (2/11/2023).

Sementara itu kerusakan retina karena penyakit diabetes (Diabetic Macular Edema/DME) juga terjadi karena kebocoran cairan ke pusat makula dan menyebabkan pembengkakan. Cairan di makula akan menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan.

Baca juga: Degenerasi Makula

Di Indonesia, diperkirakan 7 persen dari populasi berusia di atas 50 tahun (sekitar 4 juta orang) terdiagnosa AMD dan 250.000 hidup dengan nAMD, serta 430.000 orang mengidap DME.

Dijelaskan oleh dokter Elvioza, faktor risiko nAMD antara lain berusia di atas 75 tahun, memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarga, dan punya kebiasaan merokok.

Sedangkan DME bisa terjadi pada orang berusia 20-79 tahun, menderita diabetes yang tidak terkontrol kadar gula darahnya, memiliki hipertensi, serta sudah menderita diabetes lebih dari 15 tahun.

"Gejala kerusakan retina karena nAMD dan DME antara lain sulit membedakan warna, sulit membaca, penglihatan kabur, dan ada area gelap atau kosong di tengah penglihatan," paparnya.

Pengobatan mencegah kebutaan

Kerusakan retina harus diobati untuk mencegah hilangnya penglihatan.

Pilihan pengobatan yang ada saat ini juga bertujuan untuk mencegah memburuknya edema (penumpukan cairan atau pembengkakan).

Baca juga: Penderita Diabetes Berisiko Alami Kebutaan, Ini Penyebab dan Gejalanya

"Jenis pengobatannya antara lain laser pada jaringan mata, obat kortikosteroid, hingga suntikan antiVEGF untuk menstabilkan pembuluh darah," kata dr.Elvioza.

Suntikan tersebut memang efektif mencegah kebutaan, namun frekuensi penyuntikannya harus sebulan sekali.

Saat ini telah hadir inovasi Faricimab yang bekerja dengan menargetkan dua penyebab utama ketidakstabilan pembuluh darah di retina yang mengancam penglihatan.

"Obat ini cukup disuntikan setiap 4 bulan dengan efikasi yang sama dengan yang tiap bulan," ujarnya.

Ia menambahkan, durasi penyuntikan yang tidak terlalu sering juga akan meningkatkan kedisiplinan pasien untuk berobat. Sebab, penyuntikan tiap bulan sering memberi rasa takut pada pasien.

Hasil penelitian menunjukkan Faricimab membantu memperbaiki kondisi penglihatan dan pengeringan yang lebih cepat. Pasien pun merasa lebih nyaman.

Baca juga: Retina Mata: Pengertian, Fungsi, Anatomi, Lapisan, dan Cara Kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau