Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Kasus Pneumonia pada Anak di China yang Melonjak

Kompas.com - 29/11/2023, 18:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - China sedang menghadapi lonjakan kasus pneumonia yang kebanyakan menyerang anak-anak.

Melansir CNA pada Senin (27/11/2023), peningkatan kasus penyakit pernapasan, termasuk pneumonia, yang kebanyakan menyerang anak-anak pertama kali dilaporkan oleh Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok pada 13 November, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

China meloporkan bahwa ada 205 klaster influenza/flu dalam sepekan sejak 13 November, jumlahnya meningkat dibandingkan 127 klaster pada pekan sebelumnya.

Peningkatan kasus ini menyebabkan antrean dan waktu tunggu yang panjang di rumah sakit anak-anak di kota-kota, seperti Beijing, Tianjin, dan Liaoning.

Baca juga: Kasus Pneumonia di China Meningkat, Begini Tanggapan Kemenkes

Apa penyebab merebaknya kasus pneumonia di China?

Komisi Kesehatan Nasional negara tirai bambu tersebut mengaitkan peningkatkan kasus pneumonia maupun penyakit pernapasan lainnya pada anak dengan peredaran patogen yang telah diketahui.

Patogen itu termasuk influenza, pneumonia mikoplasma, respiratory syncytial virus (RSV), rhinoviruses, adenovirus (seperti Covid-19).

Faktor lain yang berkontribusi adalah datangnya musim dingin dan musim dingin pertama di China sejak negara itu mencabut kebijakan Covid-19 hampir setahun yang lalu.

Peningkatan penyakit pernapasan di musim dingin sebenarnya dianggap sebagai hal yang umum terjadi.

Di Amerika Serikat, misalnya, kasus RSV mengalami tren peningkatan tajam pada pertengahan Oktober, menurut Pusat Pengendalian Penyakit negara tersebut.

Jumlah infeksi mingguannya mencapai angka tertinggi sejak musim dingin lalu.

Baca juga: Waspada Diabetes Berisiko Lebih Tinggi Sebabkan Pneumonia

Apa gejala pada para pasien?

Pasien telah melaporkan gejala seperti demam, kelelahan, dan batuk.

Menurut laporan jaringan pemantau penyakit menular ProMED pada 21 November, yang mengutip seorang warga Beijing mengatakan bahwa demam adalah gejala utama yang masyarakat setempat lihat pada anak-anak mereka.

Namun, tanpa batuk dan justru banyak yang mengalami apa yang dikenal sebagai "nodul paru".

Mengutip New Scientist pada Kamis (23/11/2023), nodul paru adalah benjolan kecil di paru-paru, yang terlihat melalui sinar-X atau CT scan.

Penyakit ini ditemukan pada sepertiga orang yang paru-parunya dipindai dan biasanya disebabkan oleh infeksi yang sedang berlangsung atau menyerang di masa lalu.

Menurut Paul Hunter dari University of East Anglia, Inggris, gejala tersebut biasanya merupakan tanda infeksi bakteri, bukan virus, dan bisa jadi disebabkan oleh orang yang terkena infeksi bakteri setelah terkena virus flu, misalnya.

Baca juga: 9 Penyebab Anak Demam Hanya di Kepala, Termasuk Pneumonia

Apa kata WHO?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 22 November 2023 mengatakan bahwa informasi rinci yang tersedia terbatas untuk mengidentifikasi sepenuhnya risiko keseluruhan dari kasus penyakit pernapasan pada anak-anak di China.

Oleh karenanya, WHO telah mengajukan permintaan resmi ke China untuk mendapatkan informasi rinci mengenai peningkatan penyakit pernapasan dan laporan kelompok pneumonia pada anak-anak.

Sementara, WHO merekomendasikan agar orang-orang di daerah yang terkena dampak untuk mengikuti langkah-langkah dalam mengurangi risiko penyakit pernapasan.

Itu termasuk mendapatkan vaksinasi, menjaga jarak dengan orang sakit, melakukan isolasi jika gejala muncul, dan melakukan tes atau memakai masker jika perlu.

Pada 27 November, mengutip CNA, WHO tidak merekomendasikan tindakan khusus apa pun bagi wisatawan yang berkunjung ke China.

Mereka juga menyarankan agar tidak melakukan pembatasan perjalanan atau perdagangan apa pun yang melibatkan China.

Baca juga: BPOM Beri Izin Edar Vaksin Valenina untuk Cegah Pneumonia Pada Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com