Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadar Timbel Darah pada Anak Bisakah Hilang secara Alami?

Kompas.com - 11/01/2024, 17:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Timbel dapat masuk tubuh anak kemudian beredar di dalam darah dan mengganggu fungsi organ.

Dokter spesialis okupasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Dewi Yunia Fitriani mengatakan bahwa anak balita usia 1-5 tahun sangat rentan terpapar unsur logam seperti timbel.

"Karena usia balita ini paling sering memasukkan tangan atau barang-barang yang mereka temukan ke mulut," kata dr. Dewi dalam diskusi "Pencegahan Dampak Kesehatan Pajanan Timbel Lingkungan" di Jakarta pada Rabu (10/1/2024).

 Baca juga: 3 Cara Mengatasi Paparan Timbel pada Anak yang Berbahaya

Namun, timbel juga dapat masuk melalui udara yang dihirup anak-anak di lingkungan sekitarnya.

Timbel adalah unsur logam yang banyak terkandung dalam berbagai produk yang kita gunakan, seperti aki bekas, cat, dan alat masak.

Jika sudah terpapar, timbel dapat dengan cepat mencemari aliran darah dan organ tubuh anak.

"Karena ternyata penyerapan timbel pada anak-anak lebih tinggi daripada orang dewasa, (anak-anak) 3-5 kali lebih mudah menyerap timbel," ujarnya.

Sehingga, anak-anak yang hidup di lingkungan dengan aktivitas pengolahan timbel yang tinggi akan dalam bahaya dan telah ditemukan buktinya di Indonesia.

FKUI bersama Yayasan Pure Earth Indonesia melakukan penelitian di lima wilayah di Indonesia, yaitu Desa Kadu Jaya (Kabupaten Tangerang), Desa Cinangka dan Desa Cinangneng (Kabupaten Bogor), Desa Pesarean (Kabupaten Tegal), serta Desa Dupak (Kota Surabaya).

Baca juga: FKUI: Paparan Timbel pada Anak Sebabkan Gangguan Berbahaya

Penelitian yang berlangsung dari Mei-Agustus 2023 dengan subjek 564 anak usia 1-5 tahun ditemukan proporsi kadar timbel darah (KTD) mereka sebagai berikut:

  • KTD hingga 3,5 mikrogram per desiliter (mcg/dL) sebanyak 23 anak (4 persen)
  • KTD 3,5-5 mcg/dL sebanyak 41 anak (7 persen)
  • KTD 5-10 mcg/dL sebanyak 158 anak (28 persen)
  • KTD 10-20 mcg/dL sebanyak 197 anak (35 persen)
  • KTD 20-45 mcg/dL sebanyak 126 anak (22 persen)
  • KTD 45-65 mcg/dL sebanyak 10 anak (2 persen)
  • KTD lebih dari 65 mcg/dL ada sebanyak 9 anak (2 persen)

Dari hasil tersebut, dr. Dewi sebagai salah satu peneliti dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa sekitar 80 persen anak memiliki KTD di atas 5 mcg/dL.

Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ambang batas aman KTD adalah 5 mcg/dL.

Baca juga: FKUI Temukan Paparan Timbel Tinggi pada Anak-anak

Apakah kadar timbel darah pada anak bisa hilang secara alami?

Dokter spesialis anak Ari Prayogo mengatakan bahwa sebetulnya tubuh punya mekanisme proteksi terhadap paparan timbel dengan mengeluarkannya lewat feses atau urine.

Namun, dr. Ari mengatakan bahwa tubuh membutuhkan waktu (waktu paruh/half-life) yang cukup lama untuk mengeluarkan cemaran timbel.

"Kalau sudah terlanjur terserap, masuk dan beredar dalam darah itu half-life-nya kira-kira satu bulan, sekitar 20 sampai 40 hari akan hilang," ujarnya.

Hanya saja, timbel yang sudah beredar dalam darah terkadang tidak semua bisa dikeluarkan. Sebagian bisa saja berhenti dan mengendap di dalam organ, seperti ginjal, tulang, juga saraf dan sumsum tulang.

Jika mengendap di organ dengan jaringan lunak, memiliki waktu paruh sekitar 1,5 hingga 2 bulan.

Baca juga: Waspada Paparan BPA yang Banyak Ditemukan di Kemasan Plastik

"Kalau sudah masuk ke tulang, waktu paruhnya 25-30 tahun. Jadi bisa lama sekali timbel tertahan di tubuh," terangnya.

Jika konsentrasi cemaran timbel dalam organ anak rendah, ia katakan bahwa itu mungkin tidak akan menimbulkan gejala.

Sedangkan akan terjadi gangguan fungsi organ anak, jika konsentrasi cemaran timbel tinggi.

"Pada organ saraf, terutama di saraf pusat di otak dapat mengganggu fungsi prefrontal cortex (otak besar bagian depan), hippocampus, cerebellum. Itu menyebabkan gangguan perilaku, memori, dan keseimbangan," bebernya.

Menurut rekomendasi WHO, kadar timbel darah yang mencapai 45 mcg/dL harus mendapatkan terapi khusus untuk mengeluarkan unsur logam tersebut dari dalam tubuh.

Dokter spesialis anak ini mengatakan bahwa terapi khusus yang dibutuhkan orang yang terpapar unsur logam seperti timbel adalah khelasi atau pengikatan.

Baca juga: 5 Efek Samping Asap Paparan Rokok pada Perokok Pasif

Terapi ini menggunakan obat yang berperan mengikat timbel untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh, bisa melalui feses atau urine.

Bentuk terapi yang diberikan bisa berbeda pada setiap orang, tergantung dari kadar timbel dalam darahnya.

"Kalau tinggi sekali kadarnya dengan gejala klinis yang jelas, maka dibutuhkan perawatan dan khelasi yang diberikan melalui cairan obat intravena, masuk dari pembuluh darah yang diberikan untuk mengikat," ujarnya.

Jika kadar timbel darah pada anak tidak terlalu tinggi, mungkin di sekitar 4-5 mcg/dL, terapi obat bisa diberikan secara oral.

"Namun, yang utama adalah menghentikan paparannya. Karena kalau sudah diikat dan dikeluarkan, tapi terkena paparan timbel lagi sama juga boong. Pada akhirnya, timbel akan tertahan di tubuh anak," ungkap dr. Ari.

Baca juga: Efek Samping Paparan Rokok Elektrik pada Perokok Pasif

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau