KOMPAS.com - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bersama dengan Yayasan Pure Earth Indonesia menemukan paparan timbel (plumbum/Pb) tinggi pada anak-anak di sejumlah wilayah.
Penelitian dilakukan pada 564 anak di pulau Jawa yang tersebar di 5 wilayah, yaitu Desa Kadu Jaya (Kabupaten Tangerang), Desa Cinangka dan Desa Cinangneng (Kabupaten Bogor), Desa Pesarean (Kabupaten Tegal), serta Desa Dupak (Kota Surabaya).
Baca juga: Waspada Paparan BPA yang Banyak Ditemukan di Kemasan Plastik
Peneliti FKUI dr. Dewi Yunia Fitriani mengatakan bahwa paparan timbel pada anak di lima wilayah tersebut melebihi ambang batas aman yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO merekomendasikan ambang batas aman kadar timbel darah (KTD) pada anak sebesar 5 mikrogram per desiliter (mcg/dL).
"Di sini, anak-anak yang lebih dari 5 banyak sekali, sekitar 80 persen. Jadi, banyak sekali yang menjadi perhatian kita," kata dr. Dewi dalam diskusi "Pencegahan Dampak Kesehatan Pajanan Timbel Lingkungan" di Jakarta pada Rabu (10/1/2024).
Dalam rincian hasil penelitian yang dilakukan dari Mei hingga Agustus 2023 tersebut didapatkan bahwa proporsi kadar timbel darah pada anak 5-10 mcg/dL sebanyak 158 anak (28 persen).
Baca juga: 5 Efek Samping Asap Paparan Rokok pada Perokok Pasif
Kemudian, KTD 10-20 mcg/dL sebanyak 197 anak (35 persen), KTD 20-45 mcg/dL sebanyak 126 anak (22 persen).
Selanjutnya, KTD 45-65 mcg/dL sebanyak 10 anak (2 persen) dan KTD lebih dari 65 mcg/dL ada sebanyak 9 anak (2 persen).
Anak-anak yang diteliti dr. Dewi dan tim merupakan balita usia 1-5 tahun.
"Kenapa? Karena usia balita ini paling sering memasukkan tangan atau barang-barang yang mereka temukan ke mulut," ucapnya.
Kebiasaan dari balita usia tersebut, kata dr. Dewi, merupakan faktor risiko tinggi untuk paparan timbel dalam tubuh.
Baca juga: Efek Samping Paparan Rokok Elektrik pada Perokok Pasif
Spesialis okupasi di FKUI ini mengungkapkan bahwa empat dari lima wilayah yang diteliti timnya adalah lingkungan yang memiliki tingkat pencemaran timbel yang sudah cukup tinggi.
"Wilayah tersebut banyak memiliki aktivitas yang menyebabkan cemaran timbel," ujarnya.
Aktivitas berisiko sebabkan pencemaran timbel di lingkungan, misalnya daur ulang dan jual beli aki bekas serta industri pengolah limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Program Yayasan Pure Earth Indonesia Nickolaus Hariojati mengatakan bahwa kadar timbel darah yang tinggi pada anak-anak dipengaruhi oleh kedekatan interkasi mereka pada barang mengandung zat tersebut.