KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebut, sebanyak 1,3 juta orang meninggal karena tuberkulosis (TBC) pada tahun 2022, termasuk 167.000 orang dengan HIV.
Di seluruh dunia, TBC merupakan pembunuh menular nomor dua setelah Covid-19, di atas HIV dan AIDS.
Pada tahun 2022, diperkirakan 10,6 juta orang terjangkit tuberkulosis (TB) di seluruh dunia, termasuk 5,8 juta laki-laki, 3,5 juta perempuan, dan 1,3 juta anak-anak.
TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis dan paling sering menyerang organ paru-paru manusia.
Untuk menambah kewaspadaan mengenai penyakit ini, berikut penjelasan mengenai penularan TBC paru-paru:
Melansir Kementerian Kesehatan, TBC dapat ditularkan melalui udara.
Kebanyakan orang yang terkena TB tidak pernah menunjukkan gejala, karena bakteri dapat hidup dalam bentuk tidak aktif pada tubuh dan dapat menjadi aktif ketika sistem kekebalan tubuh menurun.
Baca juga: Waspada Pengidap HIV/AIDS Rentan Terkena TBC, Begini Kata Pakar...
Penderita TBC paru-paru dapat menularkan bakteri pada saat dia berbicara, batuk, dan bersin dapat mengeluarkan percikan dahak yang mengandung Mycobacterium tuberkulosis.
Bahkan, sebuah penelitian pada tahun 2021 menemukan bahwa penyakit TBC yang awalnya diperkirakan menyebar melalui batuk kini juga dapat menyebar melalui pernapasan.
Setiap kali orang yang terinfeksi mengembuskan napas, mereka mengeluarkan aerosol yang mengandung bakteri ke udara, dan berisiko menyebarkan penularan TBC bagi orang yang menghirupnya.
Selanjutnya, infeksi dapat terjadi apabila seseorang menghirup bakteri TBC melalui mulut atau hidung, saluran pernafasan atas, bronchus hingga mencapai alveoli.
Ketika tubuh telah terinfeksi oleh bakteri tersebut, sistem kekebalan tubuh dapat mencegah kuman tersebut aktif.
Berdasarkan kondisi tersebut, bakteri tuberkulosis dapat dibagi dua jenis yaitu tuberkulosis pasif dan tuberkulosis aktif.
Pada kondisi ini seseorang memiliki infeksi tuberkulosis tetapi bakteri pada tubuh dalam keadaan tidak aktif dan tidak menimbulkan gejala.
Tuberkulosis pada jenis ini tidak menular. Tuberkulosis pasif dapat berubah menjadi aktif sehingga pengobatan tetap penting bagi penderita tuberkulosis pasif untuk membantu mencegah penyebaran/penularan.
Pada kondisi ini seseorang mengalami sakit dan dapat menular ke orang lain. Tuberkulosis dapat langsung aktif pada minggu pertama setelah infeksi atau terjadi pada tahun berikutnya.
Adapun gejala dan tanda pada penderita tuberkulosis aktif yaitu :
Melansir Time.com, seseorang akan menderita TBC paru-paru ketika bakteri TBC Mycobacterium tuberkulosis sudah menyebar di paru-paru.
Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyerang siapapun termasuk orang dengan kondisi tubuh yang sehat.
Namun, faktor risiko seperti kekurangan gizi, tinggal di lingkungan yang padat penduduk, atau memiliki sistem imun yang lemah menjadikan seseorang dapat rentan tertular TBC.
Baca juga: Temulawak Melindungi Kesehatan Liver Pasien TBC
Sebagai informasi, pada abad ke 20, berbagai antibiotik baru diciptakan untuk menyembuhkan penyakit TBC. Namun dengan setiap kasus TBC, bakteri tersebut memiliki peluang untuk terus berkembang biak di tubuh manusia.
Terkadang, selama proses reproduksi, beberapa strain bakteri akan mengembangkan sifat yang membuatnya kebal terhadap antibiotik.
Data terbaru menunjukkan bahwa 3,6 persen dari seluruh kasus tuberkulosis baru saat ini resisten terhadap berbagai obat TBC.
TBC yang resisten terhadap banyak obat memiliki angka kematian yang lebih tinggi, dan dokter sering kali terpaksa menggunakan obat yang lebih beracun dengan efek samping yang parah untuk mengobati penyakit ini seperti ketulian total pada pasien.
Jika tidak segera diatasi dengan pengobatan, seorang pengidap TBC dapat menularkan penyakit tersebut ke 15 orang per tahunnya.
Seringkali, pasien pertama kali menyadari bahwa mereka tertular ketika mereka mulai mengalami batuk terus-menerus yang berlangsung selama berminggu-minggu, penurunan berat badan secara tiba-tiba, atau demam tinggi.
Para penderita TBC yang tak kunjung mendapat perawatan dan pengobatan tersebut, sekitar setengahnya dapat meninggal dalam waktu lima tahun.
Melansir Kementerian Kesehatan, salah satu cara agar tidak tertular TBC adalah dengan melakukan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Di Indonesia sendiri, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.
Selain melakukan vaksinasi, beberapa upaya lain juga dapat dilakukan untuk mencegah tertular penyakit mematikan ini.
Melansir Healthline, berikut ini beberapa cara agar tidak tertular TBC, di antaranya yaitu: