Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stigma Penyakit Tuberkulosis Hambat Pasien Berobat

Kompas.com - 04/05/2024, 16:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Kurangnya pemahaman tentang penyakit tuberkulosis (TBC) berkembang menjadi kekhawatiran di masyarakat yang berdampak pada stigma buruk bagi penderita.

Stigma negatif terhadap TBC antara lain dianggap sebagai penyakit orang miskin, dapat menular lewat sentuhan atau berbagi alat makan, hingga disebut penyakit keturunan.

Stigma menjadi salah satu penyebab keengganan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan TBC dan melakukan pengobatan. Stigma secara tidak langsung juga mengakibatkan penyebaran TBC yang lebih luas di masyarakat.

"Banyak sekali pasien yang sampai saat ini masih malu untuk membuka diri jika mereka terdiagnosa penyakit tuberkulosis dan itu menjadi hal yang menyulitkan bagi kami untuk menjangkau mereka," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina.

Kasus TBC di Kota Surabaya tahun 2023 mencapai 10.000 dengan 8.800 sudah ditangani. Secara nasional, kasus TBC di Indonesia terjadi sebanyak 301 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 34 kasus per 100.000 penduduk.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Tuberkulosis, Gejala dan Cara Penularannya

Meskipun angka kematiannya cukup tinggi, sebenarnya TBC dapat disembuhkan dan juga dapat dicegah lebih dini. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menemukan seluruh kasus TBC dan mengobati sampai sembuh, sehingga penularan dapat dihentikan.

Ciri-ciri penyakit TBC yang harus diwaspadai adalah batuk selama lebih dari tiga minggu, batuk berdarah, demam yang berlangsung lama, nafsu makan berkurang, berat badan turun, dan badan lemas.

Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan TBC dan juga mengurangi stigma, Dinas Kesehatan Kota Surabaya bersama dengan ERHA Ultimate menggelar family gathering untuk ratusan penderita TBC di Taman Flora, Kota Surabaya, Jumat (3/5/2024).

"Kami berkumpul bersama dengan keluarga para penderita penyakit TB untuk membantu menguatkan mereka, memberikan informasi lanjutan dan juga melakukan hipnotherapi kepada para pasien agar memiliki sugesti untuk tak lupa meminum obat penyembuhan TB yang kami berikan melalui puskesmas," kata Nanik.

Baca juga: Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Head of CSR & Corporate Relations Arya Noble Group, Induk Usaha ERHA, Oemar Saputra mengatakan ERHA secara konsisten mengadakan berbagai kegiatan sosial khususnya pada bidang kesehatan.

"Kami percaya dengan adanya kolaborasi antara ERHA Ultimate, Dinas Kesehatan Kota Surabaya serta stakeholders lainnya akan turut serta membantu tercapainya eleminasi Tuberkolosis di Surabaya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau