BrandzView
Artikel ini merupakan kerja sama Kompascom dengan IGROW

Agar Anak Tumbuh Baik dan Seimbang, Perhatikan Fase Pertumbuhan Remaja Berikut

Kompas.com - 28/06/2024, 16:05 WIB
Hotria Mariana,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Masa remaja merupakan fase transisi yang krusial bagi anak-anak dalam perjalanan menuju kedewasaan. Di masa ini, mereka akan mengalami berbagai perubahan, mulai dari fisik, emosional, kognitif, hingga sosial.

Perubahan fisik yang paling terlihat saat anak beranjak dewasa adalah pubertas akibat lonjakan hormon. Hal ini membawa konsekuensi pada cara mereka memandang diri dan berinteraksi dengan orang lain.

Di sisi kognitif, remaja mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan mengambil keputusan. Pada fase ini, orangtua memiliki peran penting untuk membimbing mereka dalam pengambilan keputusan agar terhindar dari pilihan buruk.

Perubahan emosional dan sosial juga tak kalah penting. Remaja mulai mencari identitas diri, belajar bertanggung jawab, dan tertarik pada lawan jenis. Di fase ini, mereka juga rentan terhadap perilaku impulsif dan mudah terpengaruh oleh teman sebaya.

Perubahan-perubahan tersebut perlu dipahami oleh orangtua agar dapat memberikan dukungan dan bimbingan tepat bagi anak remajanya.

Dilansir healthychildren.org, Senin (4/29/2024), perkembangan remaja terdiri dari tiga tahapan, yaitu early adolescent, middle adolescent, dan late adolescent. Masing-masing fase memiliki ciri khas tersendiri sebagai berikut.

1. Early adolescent

Masa remaja awal dimulai dari usia 10 sampai 13 tahun. Pada tahap ini, anak-anak akan mengalami pertumbuhan pesat, salah satunya dari segi fisik. Sebagai contoh, kemunculan rambut di bawah lengan dan area genital, perkembangan payudara pada perempuan, dan pembesaran testis pada laki-laki.

Perlu diingat, perubahan tersebut umumnya dimulai satu atau dua tahun lebih awal pada perempuan ketimbang laki-laki.

Secara kognitif, remaja awal masih memiliki pemikiran yang konkret dan hitam-putih. Bagi mereka, segala sesuatu terbagi menjadi benar atau salah serta hebat atau buruk, tanpa menyisakan ruang abu-abu.

Selain itu, anak-anak pada masa praremaja juga cenderung lebih memperhatikan diri sendiri karena merasa khawatir tentang penampilan dan penilaian teman-temannya.

Hal lain yang perlu orangtua pahami adalah anak-anak pada tahap ini juga mulai membutuhkan privasi yang lebih besar. Hal ini mendorong mereka kerap mencari cara untuk mandiri dari keluarga. Dalam proses tersebut, anak mungkin akan melanggar batasan dan bereaksi kuat jika orangtua atau wali menegakkan aturan.

2. Middle adolescent

Di masa remaja pertengahan yang terjadi sekitar usia 14 sampai 17 tahun, perubahan pubertas masih terus terjadi pada remaja laki-laki dan perempuan.

Pada remaja laki-laki, pertumbuhan fisik bakal semakin signifikan. Salah satu contohnya, suara yang menjadi berat.

Sementara, pertumbuhan fisik remaja perempuan justru mulai melambat dan kebanyakan sudah mengalami menstruasi secara teratur pada rentang usia ini.

Pada tahap ini, rasa tertarik pada hubungan romantis dan seksual juga mulai muncul. Remaja mungkin mempertanyakan dan mengeksplorasi identitas seksualnya, dan masturbasi bisa menjadi bagian dari pendewasaan ini.

Pada masa ini, pertengkaran dengan orangtua mungkin lebih sering terjadi karena remaja mulai menginginkan lebih banyak kebebasan. Mereka juga akan menghabiskan lebih sedikit waktu dengan keluarga dan lebih banyak waktu dengan teman.

Remaja di masa ini cenderung lebih mementingkan diri sendiri dan menganggap penampilan menjadi sangat penting. Kecenderungan ini tak terlepas dari tekanan yang didapat dari teman-teman sebayanya.

Meski otak terus berkembang dan kemampuan berpikir abstrak jadi semakin baik, remaja di fase pertengahan sering kali terpengaruh emosi saat mengambil keputusan. Akibatnya, mereka mungkin bertindak impulsif tanpa memikirkan dampaknya secara matang.

3. Late adolescent

Fase masa dewasa biasanya terjadi dari usia 18-21 tahun ke atas. Di masa ini, anak akan lebih banyak mengalami perkembangan dalam cara berpikir ketimbang perubahan fisik. Sebab, pertumbuhan badan mereka sudah maksimal pada tahap ini.

Di masa ini, anak bakal belajar berpikir jernih, mengontrol keinginan sesaat, mampu bersabar untuk mencapai tujuan, serta merencanakan masa depan. Mereka juga memiliki pemahaman yang lebih baik tentang diri dan hal yang diinginkan dalam hidup.

Selain itu, mereka menjadi lebih mandiri dan stabil secara emosi. Pertemanan dan hubungan asmara mereka pun jadi lebih kuat. Remaja di fase ini juga mulai mengembangkan hubungan yang lebih setara dengan orangtua. Mereka tidak lagi melihat orangtua sebagai orang yang memberi perintah, tetapi juga sebagai teman.

Faktor-faktor penentu pertumbuhan remaja

Pertumbuhan optimal pada masa remaja sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain genetik, kestabilan hormon, genetik, ketercukupan waktu istirahat, dan pemenuhan nutrien yang paling penting.

Khusus pemenuhan nutrien, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar orangtua memperhatikannya secara cermat.

Pertama, prioritaskan anak untuk mengonsumsi makanan kaya zat gizi esensial. Hal ini bertujuan untuk menunjang pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, dan kematangan sistem reproduksi mereka.

Kedua, pilihkan anak makanan yang dapat membantu mempersiapkan tubuhnya menghadapi kemungkinan sakit atau hamil di masa depan.

Ketiga, arahkan remaja untuk menghindari makanan yang dapat memicu penyakit kronis di masa depan, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, osteoporosis, dan kanker.

Terakhir, biasakan anak untuk mengonsumsi makanan bernutrisi atau bergizi seimbang sejak dini. Hal ini akan membantu mereka dalam membangun kebiasaan makan yang baik.

Makanan bergizi seimbang harus dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi makro dan mikro harian.

Adapun zat gizi makro, seperti protein, karbohidrat kompleks, dan lemak, berperan penting sebagai sumber energi utama tubuh. Sementara, zat gizi mikro, seperti vitamin dan mineral, dibutuhkan dalam jumlah kecil, tapi tak kalah penting karena menunjang berbagai fungsi tubuh.

Seluruh zat esensial tersebut bisa ditemukan pada daging ayam, daging babi, daging sapi, ikan, makanan laut, telur, ubi jalar, kentang, oat, sereal multigrain, jagung, dan kacang-kacangan. Lalu, terdapat pula pada buah-buahan dan sayur-sayuran.

Tidak hanya pada makanan, makronutrien dan mikronutrien yang dibutuhkan remaja juga bisa ditemukan pada susu. Contohnya, Susu IGROW.

Susu IGROW hadir dengan formula khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi remaja agar tumbuh kembang secara optimal. Kandungan kalsium, vitamin D, dan magnesium yang tinggi membantu memaksimalkan penyerapan kalsium ke tulang sehingga menunjang pertumbuhan tinggi badan anak.

Dikutip dari laman IDAI, masa remaja merupakan periode emas untuk membangun fondasi tulang yang kokoh. Hal ini dikarenakan 45 persen dari massa tulang terbentuk pada masa ini.

Oleh karena itu, kecukupan asupan kalsium menjadi sangat penting untuk mencapai kepadatan tulang optimal dan mencegah risiko osteoporosis di masa depan.

Adapun remaja membutuhkan 1.300 mg kalsium per hari. Susu merupakan sumber kalsium terbaik, diikuti keju, es krim, dan yoghurt.

Selain tinggi kalsium, Susu IGROW juga diperkaya dengan kolin, asam folat, dan vitamin E. Semua nutrisi ini berperan penting dalam mendukung perkembangan kognitif atau kecerdasan otak remaja.

Bukan itu saja, susu tersebut juga mengandung zink, vitamin C, dan ekstrak goji berry yang kaya antioksidan untuk menjaga daya tahan tubuh. Kemudian, ada pula iodium dan 15 asam amino esensial, termasuk L-arginin, yang membantu pembentukan hormon dan pertumbuhan emosi remaja.

Menariknya, Susu IGROW hadir dalam kemasan praktis dan higienis serta rasa yang lezat, yaitu cokelat, vanila, dan karamel.

Untuk menyempurnakan upaya mendukung tumbuh kembang remaja, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga merekomendasikan anak untuk melakukan aktivitas fisik secara rutin, selain memenuhi asupan nutrisi. Dengan demikian, kesehatan tubuh dan berat badan ideal dapat dijaga.

Perilaku hidup bersih dan sehat juga tak boleh dilupakan, seperti mencuci tangan sebelum makan dan setelah beraktivitas, serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Lalu, jangan lupa untuk memantau berat badan secara teratur guna memastikan tubuh tetap dalam kondisi ideal.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau