Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Judi Memengaruhi Otak dan Siapa yang Rentan Kecanduan

Kompas.com - 10/07/2024, 10:46 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Korban kecanduan judi online terus berjatuhan. Tak sedikit yang menghabiskan tabungan dan terlilit utang karena kalah berjudi, bahkan akhirnya tewas bunuh diri.

Berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), sebanyak 3,2 juta warga di Indonesia bermain judi online pada tahun 2023.

Judi memang bukan kebiasaan buruk yang baru dikenal masyarakat, tetapi dalam bentuk online, saat ini siapa pun bisa berjudi, kapan pun di manapun, bahkan juga remaja dan anak di bawah umur.

Mudahnya akses terhadap judi tentu perlu mendapat perhatian serius, bukan cuma karena orang akan mencoba, tapi banyak juga yang jatuh pada tahap kecanduan.

Judi menjadi candu ketika penggunanya menjadi kompulsif dan lepas kendali. Selain itu ketika seseorang berjudi, otak mereka melepaskan dopamin, zat kimia yang membuat mereka merasa senang.

Perasaan senang ini memperkuat perilaku berjudi, membuat seseorang ingin mengulangi aktivitas tersebut untuk merasakan kebahagiaan yang sama. Setiap kali mereka menang atau hampir menang, otak mendapatkan "dorongan" dopamin lagi.

Baca juga: Terlilit Judi Online, Sopir Truk yang Lukai Diri Sendiri Mengaku Dibegal

Ilustrasi judi online. Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menekankan pentingnya tindakan preventif dalam mencegah dan mengantisipasi praktik judi online yang semakin marak di masyarakat (SHUTTERSTOCK/WPADINGTON) Ilustrasi judi online. Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menekankan pentingnya tindakan preventif dalam mencegah dan mengantisipasi praktik judi online yang semakin marak di masyarakat

Siapa yang paling rentan

Penelitian membuktikan orang muda, terutama anak laki-laki dan pria dewasa muda, adalah kelompok yang paling rentan terhadap kecanduan judi.

Dikutip dari American Psychology Association, orang berusia awal 20-an adalah kelompok penjudi yang paling cepat berkembang. Bahkan kini bisa mulai dari usia yang lebih muda.

Anak yang melihat orangtua atau kerabatnya di rumah bermain judi juga akan meniru dan cenderung mengalami kecanduan yang lebih berat.

Diperkirakan 96 persen orang yang punya masalah perjudian setidaknya memiliki satu gangguan mental lainnya. Misalnya saja penggunaan narkoba, kesulitan mengontrol dorongan, gangguan mood, dan juga gangguan kecemasan.

Menurut direktur Behavioral Addictions Lab, Shane Kraus Ph.D, kecanduan judi juga lebih rentan dialami oleh orang dengan status ekonomi rendah karena mereka akan mendapatkan keuntungan saat menang.

Baca juga: Nilai Taruhan Judi Online Pegawai dan Eks Pegawai KPK sampai Rp 111 Juta

Gambaran otak para penjudi

Untuk memahami bagaimana seseorang bisa mengalami kecanduan judi, para ilmuwan mencoba mengamati apa yang terjadi pada otak mereka.

Beberapa studi mengaitkan kecanduan judi dengan kondisi otak yang berbeda dengan mereka yang tak punya masalah perjudian.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau