Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Usia Berapa Atlet Mencapai Performa Maksimalnya?

Kompas.com - 01/08/2024, 08:53 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Olimpiade Paris memberi karpet merah bagi para atlet terkuat, tercepat, dan tertajam di dunia. Namun, seberapa jauh usia dapat meningkatkan atau mengurangi peluang mereka untuk meraih medali emas?

Pada cabang olahraga skateboard, atlet China berusia 11 tahun, Zheng Haohao, menjadi peserta termuda di ajang Olimpiade Paris.

Ia hanya setahun lebih muda dari atlet termuda dalam sejarah, pesenam Dimitrios Loundras asal Yunani yang berusia 10 tahun ketika memenangkan medali perunggu pada Olimpiade Musim Panas tahun 1896 di Athena.

Atlet paling tua di Olimpiade tahun ini adalah Mary Hanna berusia 69 tahun asal Australia, pada cabang olahraga berkuda. Ia tiga tahun lebih tua dari atlet paling tua dalam sejarah Olimpiade, Oscar Swahn dari Swedia yang memecahkan rekor itu di Olimpiade Antwerp 1920.

Para atlet tersebut merupakan pengecualian. Menurut sebuah studi tahun 2021 oleh Arc Centre of Excellence in Population Ageing Research (CEPAR), dua pertiga atlet di Olimpiade Tokyo, yang diadakan pada tahun 2021, berusia 20-an.

Baca juga: Jonatan Usai Tersingkir dari Olimpiade 2024: Maaf dan Terima Kasih...

Secara keseluruhan, 90 persen dari para pesaing berusia di bawah 30 tahun. Dominasi para atlet yang berusia muda ini menimbulkan pertanyaan, di usia berapakah para atlet mencapai performa puncaknya?

Jawabannya ternyata sangat bervariasi, tergantung pada jenis olahraganya.

Manusia tercepat di dunia.iStockphoto/Pavel1964 Manusia tercepat di dunia.

Ketahanan

Di Olimpiade Tokyo, Richard Carapaz (28) dari Ekuador memenangkan medali untuk balap sepeda jalanan putra, dan Peres Jepchirchir (27) dari Kenya mendapat medali untuk cabang marathon putri.

Pakar fisiologi olahraga Garry Palmer menjelaskan, dari sudut pandang ketahanan, seseorang mencapai puncaknya di usia pertengahan sampai akhir 20-an, dan usia 30-an.

"Salah satu alasannya adalah karena kapasitas aerobik seorang atlet, yakni jumlah maksimum oksigen yang bisa dipakai seseorang setiap menitnya saat melakukan latihan berat," katanya.

Seorang atlet ketahanan dapat mencapai 80-90 kapasitas VO2 max, dibandingkan dengan rata-rata pada orang biasa yang 30 mL per menit per kilogram berat badan.

Banyak faktor yang menyebabkan kapasitas aerobik menurun seiring bertambahnya usia. Sebuah studi tahun 2016, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, mengaitkannya dengan penurunan denyut jantung maksimal dan jumlah darah yang dipompa keluar per denyut.

Hal ini disertai dengan penurunan efisiensi katup dan otot yang mendorong darah kembali ke jantung, serta pengerasan serat otot jantung dan dinding arteri.

Baca juga: Jenis Latihan untuk Menguatkan Otot Kaki

Kecepatan

Di tahun 2009, Usain Bolt menorehkan catatan mengagumkan pada nomor lari 100 meter, yaitu 9.58 detik dan mendapatkan medali emas pada kejuaraan dunia di Berlin yang juga memecahkan rekornya sendiri. Ketika itu ia akan berulang tahun ke-23.

Di Olimpiade Paris, atlet Amerika ShaÇarri Richardson (24) mendapatkan medali emas pada lomba lari 100 meter.

Superioritas para atlet lari cepat tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan profesor kinesiologi Edward Merritt tahun 2021. Ia mempublikasikan penelitiannya terkait pengaruh usia pada perbedaan performa di ajang aerobik dan anaerobik.

Dalam ajang aerobik, seperti maraton, otot mendapatkan cukup oksigen untuk menggunakan lemak dan karbohidrat sebagai bahan bakar utamanya.

Sementara itu, di cabang anaerobik, seperti lari gawang 110 m, terjadi kekurangan oksigen dan tubuh malah membakar glukosa yang tersimpan secara lokal di otot. Persediaan ini cepat habis.

Usia rata-rata untuk mencapai puncak kinerja anaerobik adalah sekitar 23 tahun, dibandingkan dengan 26 tahun untuk ajang aerobik, demikian temuan penelitian tersebut.

Baca juga: Zeng Zhiying, Perjuangan Mewujudkan Impian Olimpiade di Usia 58 Tahun

Mereka yang berusia di bawah 30 tahun sering kali unggul dalam lari cepat berkat otot mereka. Pelari cepat memiliki banyak serat otot kontraksi cepat, yang menghasilkan kontraksi otot yang pendek dan kuat tetapi cepat lelah.

Olahraga eksplosif seperti lari cepat 100 m juga melelahkan bagi tubuh dan sering kali dapat menyebabkan cedera, terutama pada tendon Achilles di punggung bawah kaki, dan otot hamstring di punggung atas kaki.

"Pelari cepat muda memiliki refleks yang cepat. Jika Anda mengikuti lomba jarak pendek, start sangat penting untuk finis yang kuat," kata Palmer.

Penelitian menunjukkan bahwa waktu reaksi mencapai puncaknya pada usia 24 tahun dan menurun sekitar empat hingga 10 milidetik setiap tahun, setidaknya pada non-atlet.

Dalam balapan, reaksi seseorang yang berusia 34 tahun bisa lebih lambat hingga 100 milidetik dibandingkan satu dekade sebelumnya. Hal itu bisa menjadi pembeda antara kemenangan dan kekalahan.

Penurunan itu berasal dari perubahan pada serabut saraf yang memperlambat kecepatan penyampaian sinyal.

Pesenam putri Indonesia Rifda Irfanaluthfi melakukan gerakan pada nomor palang bertingkat ketika kualifikasi senam artistik putri subdivision 1 Olimpiade Paris 2024 di Bercy Arena, Paris, Prancis, Minggu (28/7/2024). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/Spt. ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A Pesenam putri Indonesia Rifda Irfanaluthfi melakukan gerakan pada nomor palang bertingkat ketika kualifikasi senam artistik putri subdivision 1 Olimpiade Paris 2024 di Bercy Arena, Paris, Prancis, Minggu (28/7/2024). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/Spt.

Olahraga dinamis

Pada cabang olahraga dinamis seperti gimnastik atau senam, atlet-atlet muda jauh lebih unggul karena semakin bertambah usia, makin turun kelenturan tubuh manusia.

"Tubuh mungkin bisa diperkuat, tetapi tidak cukup lentur. Penurunan fleksibilitas ini sebagian terkait dengan hilangnya elastisitas dan air dalam tendon, serta peningkatan kekakuan pada persendian," papar Palmer.

Dalam penelitian di The Journal of Human Sport and Exercise yang membandingkan performa puncak di Olimpiade London 2021, disebutkan bahwa rata-rata atlet gimnastik putra mencapai puncak kesuksesan di usia 24 tahun, sedangkan pada putri usia 19 tahun.

Baca juga: Profil Rifda Irfanaluthfi, Pesenam Pertama Indonesia di Olimpiade

Perbedaan antara atlet putra dan putri itu menunjukkan perbedaan pada fisiologi dan laju maturasi, selain juga perbedaan pada jenis lomba yang mereka ikuti.

Namun, dalam cabang senam putri, zaman telah berubah. Secara historis, cabang olahraga senam Olimpiade menampilkan atlet-atlet seperti Nadia Comaneci dan Dominique Moceanu, yang keduanya berusia 14 tahun saat memenangkan medali emas masing-masing.

Para pesenam ini melambangkan dogma "makin muda, makin baik" dalam senam wanita saat itu — idenya adalah bahwa gadis-gadis muda lebih fleksibel daripada atlet yang lebih tua dan tidak terkekang oleh perubahan fisik yang disebabkan oleh pubertas.

Mereka juga dianggap lebih berani, sebab keberanian dibutuhkan dalam olahraga yang berisiko tinggi terhadap cedera.

Lalu, di Olimpiade Tokyo, rata-rata pesenam Amerika berusia 21 tahun, dan "Ratu Senam" Simone Biles tahun ini meraih medali emas di usia 27 tahun.

Alasan untuk peningkatan usia ini beragam, termasuk bahwa usia minimum untuk berkompetisi sekarang adalah 16 tahun.

Selain itu, latihan dan metode pemulihan pesenam telah menjadi lebih ilmiah. Misalnya, tim Inggris Raya mempekerjakan seorang ilmuwan yang melacak tingkat kematangan pesenam, hingga menghitung tinggi badan mereka saat dewasa, sehingga pelatih dapat membantu membimbing atlet dengan aman melalui percepatan pertumbuhan.

Secara umum, atlet dibimbing dengan lebih baik daripada sebelumnya, yang menghasilkan karier yang lebih berkelanjutan.

Baca juga: Hasil Menembak Olimpiade 2024: Fathur Gustafian Terhenti di Kualifikasi

Pemanah putri Indonesia Diananda Choirunisa membidik sasaran saat berlatih di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (12/7/2024). Empat atlet panahan Indonesia akan terjun pada nomor tim recurve putri, perorangan recurve putri, perorangan recurve putra dan mix team pada Olimpiade Paris 2024. Artikel ini berisi jadwal Olimpiade 2024.ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A Pemanah putri Indonesia Diananda Choirunisa membidik sasaran saat berlatih di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (12/7/2024). Empat atlet panahan Indonesia akan terjun pada nomor tim recurve putri, perorangan recurve putri, perorangan recurve putra dan mix team pada Olimpiade Paris 2024. Artikel ini berisi jadwal Olimpiade 2024.

Lomba keterampilan dan target

Pada cabang olahraga yang memiliki unsur keterampilan tinggi, dengan sedikit penekanan pada atribut fisik, atlet yang lebih tua biasanya unggul.

"Ambil contoh menembak dan memanah — para pesaing yang lebih tua bisa memanfaatkan pengalaman bertahun-tahun, ditambah lagi mereka mungkin lebih tenang dan lebih mudah mengendalikan napas mereka daripada lawan mereka yang lebih muda." kata Palmer.

Pada kedua cabang olahraga tersebut, para atlet yang mendapat medali biasanya berusia di akhir 30-an sampai 40-an.

Pada Olimpiade Tokyo 2021, rata-rata atlet putra yang meraih medali emas untuk cabang menembak adalah 33 tahun. Atlet menembak dari Czech Jiri Liptak bahkan memenangkan medali emas di Tokyo saat berusia 39 tahun.

Baca juga: Cuaca Panas di Paris, Tim Indonesia Pasang 15 AC di Kamar Atlet

Di ajang menembak yang melibatkan target diam, seperti senapan angin, cenderung memiliki usia rata-rata dan median yang lebih rendah daripada ajang menembak pistol, yang melibatkan target tanah liat yang lebih sulit dan bergerak.

Selama atlet masih memiliki penglihatan yang baik atau kacamata yang bagus, tidak ada alasan mereka tidak dapat terus berprestasi hingga usia lanjut.

Dalam beberapa cabang olahraga, atlet bahkan dapat mencapai puncak prestasi mereka di usia yang lebih tua: Nick Skelton dari Inggris Raya memenangkan dua medali emas dalam cabang olahraga berkuda di usia masing-masing 54 dan 58 tahun.

Dalam beberapa cabang olahraga usia memang hanyalah angka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau