Sebagian besar kasus yang dilaporkan dalam wabah multi-negara pada 2022/2023 diidentifikasi di antara pria gay, biseksual, dan pria yang berhubungan seks dengan pria.
WHO mengatakan, pekerja seks dan klien mereka juga menjadi kelompok yang berisiko besar tertular Mpox.
WHO menyarankan, melibatkan organisasi dan jaringan pekerja seks untuk meningkatkan kesadaran dan melindungi mereka yang paling berisiko sangat penting sebagai salah satu langkah dalam menghentikan wabah Mpox.
Baca juga: Afrika Bersiap Umumkan Status Mpox Jadi Darurat Benua
Siapa pun yang tinggal dengan seseorang yang menderita mpox harus mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko tertular.
Seseorang yang telah didiagnosis menderita cacar monyet harus diperiksa oleh penyedia layanan kesehatan untuk menentukan apakah mereka cukup sehat untuk dirawat di rumah dan apakah isolasi dapat dilakukan dengan aman di rumah.
Petugas kesehatan harus mengikuti langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi untuk melindungi diri mereka sendiri saat merawat pasien dengan Mpox yaitu dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai.
Selain itu, petugas kesehatan juga harus mematuhi protokol untuk mengambil sampel lesi dengan aman, untuk pengujian diagnostik dan menangani benda tajam seperti jarum.
Untuk diketahui, cacar monyet pertama kali ditemukan pada 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar pada koloni kera untuk penelitian. Sehingga, penyakit ini disebut monkeypox (Mpox).
Baca juga: Kasus Mpox Melonjak, WHO Segera Gelar Rapat Komite Darurat
Pada 1970, cacar monyet ditemukan pada manusia pertama kali di Republik Demokratik Kongo (DRC).
Sejak saat itu, cacar monyet menjadi penyakit endemik di negara-negara Afrika Selatan dan Afrika Tengah.
Ketika WHO mengumumkan status darurat kesehatan global lagi pada Mpox di bulan ini, jumlah kasus Mpox di Afrika yang dilaporkan pada 2024 telah melampaui total kasus Mpox selama 2023, yaitu lebih dari 15.600 kasus dan 537 kematian.
Diperhitungkan ada peningkatkan kasus sebesar 79 persen dari 2022-2023 dan sebesar 160 persen dari 2023-2024.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika mengatakan, hampir 70 persen kasus Mpox di Kongo pada saat ini terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun, yang juga menyebabkan 85 persen kematian.
Baca juga: Rekomendasi IDI Saat Kasus Cacar Monyet Semakin Banyak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.