KOMPAS.com - Banyak orang percaya konsumsi makanan yang dipanggang, seperti sate atau daging barbekyu bisa memicu kanker.
Sayangnya, hal tersebut bukan sekadar mitos belaka. Riset yang dipublikasikan di World Journal of Pharmaceutical Research membuktikan bahwa konsumsi daging atau ayam panggang memang bisa meningkatkan risiko kanker.
Sebab, proses pemanggangan bisa memicu munculnya zat karsinogenik.
Asam amino, gula, dan kreatin dalam daging bereaksi pada suhu tinggi membentuk amina heterosiklik.
Amina heterosiklik adalah karsinogen yang ditemukan pada daging yang dimasak pada suhu tinggi, baik di atas panggangan atau di wajan.
Saat memasak dengan api besar, terutama api terbuka, Anda bisa terpapar pada dua karsinogen utama, yakni amina aromatik heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH).
Studi menunjukkan HCA dan PAH menyebabkan perubahan DNA yang dapat meningkatkan risiko kanker.
HCA berkembang dalam daging ketika asam amino dan kreatin (protein otot) bereaksi terhadap panas tinggi.
Jumlah HCA meningkat semakin lama daging terpapar panas.
PAH adalah bahan kimia yang dihasilkan saat lemak terbakar dalam nyala api dan dapat menempel pada masakan daging di atas api terbuka.
Saat memanggang, Anda juga terpapar PAH dalam asap. Asap rokok dan polusi udara juga mengandung PAH.
Untuk mencegah risiko kanker bukan berarti Anda harus menghindari daging panggang sepenuhnya.
Anda tetap bisa mengonsumsi daging panggang tanpa takut menghadapi risiko kanker dengan cara berikut:
Marinasi daging selama 20 menit sebelum dipanggang dapat mengurangi pembentukan amina heterosiklik hingga 90 persen.
Daging yang dipanggang dengan arang batok kelapa menghasilkan HA dan PAH yang jauh lebih sedikit daripada daging yang dipanggang dengan arang kayu.
Membuang kelebihan lemak sebelum memanggang mengurangi jumlah PAH yang terbentuk.
Suhu memasak yang lebih rendah juga mengurangi pembentukan zat karsinogenik.
Anda juga bisa menggunakan pemganggang gas agar bisa mengatur nyala api. Sebisa mungkin, hindari memanggang daging langsung di atas api.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.