Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Cara Mendeteksi Pneumonia? Ini Kata Pakar...

Kompas.com - 18/11/2024, 07:31 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Pneumonia adalah radang paru-paru yang banyak terjadi pada anak-anak. Lantas, bagaimana cara mendeteksi pneumonia?

Dokter spesialis anak subspesialis respirologi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) dr. Wahyuni Indawati, Sp.A (K), mengatakan deteksi dini pneumonia dapat dilakukan lewat menghitung frekuensi nafas anak dalam satu menit.

“Pneumonia adalah radang paru, dan utamanya, karena ada infeksi mikroorganisme dia bisa merusak jaringan paru. Kalau terjadi kerusakan oksigen kurang dan terjadi kematian,” kata Wahyuni, seperti ditulis Antara, Minggu (12/11/2024).

Wahyuni melanjutkan, deteksi dini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi napas anak dalam satu menit. Cara ini dapat disesuaikan dengan usia masing-masing anak.

Baca juga: Ini Jadwal Vaksin PCV Rekomendasi IDAI, Cegah Pneumonia pada Anak

Pada anak-anak yang berusia di bawah dua bulan, batasan frekuensi napas adalah 60 kali per menit.

Kemudian pada anak berusia dua sampai 12 bulan, batasan frekuensi napas adalah 50 kali per menit, sedangkan pada anak berusia satu hingga lima tahun batasnya adalah 40 kali per menit.

Setelah menghitung napas, Wahyuni meminta orang tua memastikan apakah ada tarikan dinding dada.

Wahyuni menjelaskan pneumonia merupakan penyakit menular penyebab kematian tertinggi pada anak di seluruh dunia.

Berdasarkan data UNICEF pada 2019, hampir 2.200 anak usia di bawah lima tahun meninggal akibat pneumonia setiap hari di seluruh dunia.

Gejalanya pun sekilas nampak seperti batuk dan demam biasa sehingga tak jarang orang tua menganggapnya sepele dan penyakit dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, yang membedakan adalah apabila batuk anak disertai dengan napas cepat atau napas sesak.

“Hati-hati dengan ‘BBB’ atau bukan batuk biasa, lalu coba lihat saat bernapas sesak tidak, atau ada tarikan dinding dada. Kalau ada, maka hati-hati itu bisa jadi tanda pneumonia,” ujar Wahyuni.

Baca juga: Kata Dokter Kipas Angin dan Mandi Malam Tidak Sebabkan Pneumonia

Oang tua harus segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat tanpa harus menunggu anak makin sesak atau tubuhnya jadi membiru.

Sejumlah faktor risiko dapat membuat anak terkena pneumonia, yakni bayi di bawah usia dua tahun tidak diberi ASI eksklusif, anak tidak mendapat imunisasi PCV, mengalami malnutrisi, lahir prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR), terpapar polusi, terpapar asap rokok, tinggal di hunian padat dan terkena penyakit dasar seperti HIV, penyakit jantung atau penyakit kronis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau