Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Remehkan Dampak Anemia pada Kehamilan dan Pertumbuhan Anak

Kompas.com - 28/11/2024, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com- Ibu hamil dan anak merupakan kelompok yang rentan terhadap anemia defisiensi besi. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, sebanyak 1 dari 3 anak berusia balita mengalami anemia. Tanpa penanganan yang baik, anemia berdampak negatif dalam jangka panjang.

Bagi sebagian orang, anemia tidak dianggap sebagai masalah serius. Padahal, kondisi ini bisa menjadi indikasi kurang gizi yang harus segera diperbaiki. Terlebih pada kelompok yang rentan.

"Anemia pada perempuan bisa menjadi sebuah siklus. Anemia pada kehamilan bisa menyebabkan anak yang dilahirkan juga rentan anemia, di mana setelah anak itu remaja lalu jika ia seorang perempuan dan dewasa, menjadi ibu yang juga anemia," papar dr.Rima Irwinda Sp.OG dalam acara diskusi memperingati Hari Defisiensi Besi Sedunia di Jakarta (26/11/2024).

Pada ibu hamil, anemia akan meningkatkan risiko preeklamsia dan perdarahan pasca salin, sedangkan janin berisiko lahir prematur, pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, dan infeksi perinatal.

"Jangan menganggap enteng anemia karena hanya menganggap ini hanya kadar Hb rendah, padahal konsekuensinya banyak," tegas dr.Rima.

Baca juga: Bidan Perlu Rekomendasikan Skrining Anemia Tiap Trimester Kehamilan

Sementara itu, anemia defisiensi besi pada anak juga berpotensi menghambat kecerdasan, perkembangan motorik, sensorik, dan sosial anak.

"Zat besi sangat penting dalam menopang produksi sel saraf otak. Cadangan besi yang kurang juga bisa memengaruhi hormon pertumbuhan anak," kata Prof.Rini Sekartini Sp.A.

dr.Rima Irwinda Sp.OGDok Danone dr.Rima Irwinda Sp.OG

Suplementasi zat besi

Salah satu faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan anemia defisiensi besi pada anak di Indonesia adalah kurangnya zat gizi mikro dan konsumsi makanan kaya zat besi.

Selain karena asupan makanan yang kurang, pada ibu hamil anemia juga bisa terjadi karena faktor patologis berupa peningkatkan kebutuhan zat besi yang meningkat pesat selama kehamilan untuk pertumbuhan janin.

Baca juga: Berapa Jumlah Zat Besi yang Disarankan untuk Anak? Ini Kata Dokter...

"Selama kehamilan terjadi kebutuhan besi yang meningkat di trimester satu sampai tiga, dan penyerapan terbesar di trimester dua dan tiga. Oleh karena itu jika bayi lahir kurang dari 32 minggu, kemungkinan besar anak akan anemia karena proses transfer zat besinya kurang adekuat," jelas dr.Rima.

Oleh karena itu, suplementasi zat besi sangat penting selama kehamilan. Untuk negara dengan prevalensi anemia tinggi seperti Indonesia, suplementasi zat besi tetap harus dilanjutkan hingga 3 bulan pasca salin.

Sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, bidan memiliki peran penting dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan anemia.

"Tidak cuma memberikan tablet tambah darah, bidan juga perlu memberi edukasi tentang fungsi tablet ini bukan cuma mencegah stunting atau berat bayi rendah, tapi juga soal kecerdasan anak hingga risiko persalinan prematur karena anemia," kata dr.Rima

Sedangkan pada anak-anak, Prof.Rini mengingatkan pentingnya melakukan pemeriksaan kadar Hb sebelum usia dua tahun, selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja.

"Kalau ditemukan anemia, dicari penyebabnya dan bila perlu dirujuk," kata Prof.Rini.

Selain mengupayakan skrining defisiensi besi sejak dini, nutrisi dengan fortifikasi zat besi sebagai pendamping ASI, dapat membantu memenuhi kebutuhan zat besi, sehingga mengurangi risiko anemia pada anak.

Baca juga: Pentingnya Mikronutrien bagi Ibu Hamil untuk Cegah Anemia dan Stunting

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau