Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Stunting di Daerah Rawan Banjir Semarang Lewat Rumah Anak SIGAP

Kompas.com - 06/12/2024, 22:15 WIB
Khairina

Penulis

KOMPAS.com- Hujan sangat deras mengguyur Kota Semarang, Selasa sore, akhir November 2024. Beberapa ruas jalan tergenang, bahkan banjir melanda beberapa wilayah di Semarang, membuat kota lumpia itu nyaris lumpuh.

Namun, banjir itu tak menghalangi Itis Arliani, koordinator Rumah Anak SIGAP Bandarharjo, Semarang Utara, Kota Semarang menunaikan tugasnya. Tepat pukul 16.00 WIB, Itis datang.
Ia sudah ditunggu 2 “muridnya”, balita usia 24-36 bulan yang tergabung di kelompok Bintang Terang.

“Kemarin belajar apa?” tanya Itis.

Senyum ceria terlihat di wajah ibu 2 anak ini meski roknya basah kuyup.

Baca juga: Makanan Khusus untuk Memperbaiki Kondisi Anak Stunting

Gavi (2), salah satu siswa menjawab dengan pelan “berhitung”, lalu Gavi yang datang diantar kakaknya Fina (20) bernyanyi lagu “Balonku”.

Tak sampai setengah jam, perhatian Gavi dan satu temannya sudah beralih ke aneka permainan yang terdapat di Rumah Anak SIGAP Bandarharjo. Mereka berlarian, menyusun balok, main bola, bermain perosotan kecil, dan memainkan aneka permainan edukatif lain, sampai akhirnya tiba waktu pulang.

“Anak usia dini memang tak bisa lama konsentrasinya. Kami biarkan saja mereka bermain, namun kami punya program yang disusun setiap bulan,” ujar Afifah Nur'aini, Project Officer Rumah Anak SIGAP Semarang.

Rumah Anak SIGAP adalah pusat layanan pengasuhan dan pembelajaran dini untuk anak usia 0-3 tahun dan menyasar orangtua dan pengasuh utama sebagai penerima manfaat.

Rumah Anak SIGAP merupakan bagian dari SIGAP yakni inisiatif dari lembaga filantropi Tanoto Foundation di bidang pengembangan anak usia dini dalam rangka mempersiapkan generasi masa depan yang berkualitas.

Menurut Afifah, ada 4 kelompok yang dibuka berdasarkan usia anak, yakni Bintang Kecil (usia 0-6 bulan), Bintang Ceria (6-12 bulan), Bintang Pijar (12-24 bulan), dan Bintang Terang (24-36 bulan). Satu kelompok terdiri dari 10 anak dan setiap hadir di kelas, yang berlangsung seminggu sekali wajib didampingi pendamping, entah itu orangtua, kakek nenek, atau kakak.

Seperti sore itu, Gavi ditemani sang kakak Fina. Menurut Fina, belajar di Rumah Anak SIGAP membuat Gavi lebih mandiri. Bocah 2 tahun itu sudah tidak takut lagi bertemu dengan orang baru dan mampu mengutarakan pendapatnya.

Gavi dan Fina tinggal di rumah susun (Rusun) Bandarharjo. Di tempat itu, tak banyak anak seusia Gavi sehingga ia sulit bersosialisasi. Di Rumah Anak SIGAP, Gavi bisa bertemu anak sebayanya.

Kunjungan rumah

Setelah kelas berakhir, Itis tak langsung pulang. Bersama rekannya sesama fasilitator di Rumah Anak SIGAP, Candra Wulandari yang akrab disapa Wiwik, Itis mengunjungi rumah murid-muridnya.

Sore itu, Itis dan Wiwik mengunjungi rumah Muhammad Qaddaffa Alfarizky (2,5) yang tinggal bersama ibunya Hani Novita (27), ayahnya, sang nenek Jumiyati, serta beberapa anggota keluarga lainnya.

Menurut Hani, yang bekerja sebagai karyawati retail, anaknya mengalami banyak perkembangan setelah bergabung di Rumah Anak SIGAP.

Daffa bergabung sejak berusia 1,5 tahun dan di usianya sekarang, ia sudah bisa mengenal warna, berhitung, menyusun puzzle, dan makan dengan tertib.

Tak hanya Daffa, Hani mengaku ia juga belajar di Rumah Anak SIGAP. Terutama, karena Hani merasa zaman kini sudah berubah sehingga pola pengasuhan yang ia terima seharusnya tidak semuanya ia terapkan kepada sang anak.

“Salah satunya belajar meredam emosi. Kalau satu marah, yang satu ya jangan ikut marah,” kata Hani yang juga banyak belajar soal gizi anak di Rumah Anak SIGAP.

Baca juga: Risiko Stunting dan Gangguan Pertumbuhan pada Bayi Alergi Susu Sapi

Itis mengatakan, salah satu yang coba ia sampaikan kepada orangtua atau pendamping saat pertemuan di Rumah Anak SIGAP adalah mengubah pola asuh. Itis mencontohkan, dalam hal menentukan menu anak, misalnya, banyak orangtua yang memberikan makanan “seadanya” karena alasan biaya.

“Saya ajari, kalau untuk anak, berikan gizi yang bagus. Beli ayam, misalnya, enggak perlu satu kilogram kalau memang uangnya terbatas, beli lah seperempat kilo, yang penting untuk anaknya,” kata Itis.

Orangtua juga belajar

Kegiatan di Rumah Anak SIGAP Bandarharjo memang tak hanya dititikberatkan pada pemberian stimulasi yang cukup bagi anak usia 0-3 tahun tetapi juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam mengasuh anak.

Itu sebabnya, banyak materi soal pengasuhan anak yang diberikan fasilitator dan para pakar di bidangnya. Misalnya, soal perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), 1000 hari pertama kehidupan (HPK), peran ayah dalam pengasuhan, dan materi lain.

Para fasilitator mendapat pelatihan atau coaching dari berbagai tokoh kompeten di bidangnya seperti dokter, bidan, psikolog, dan pihak Tanoto Foundation.

Baca juga: Bukan Hanya Masalah Gizi, Infeksi Berulang Juga Picu Stunting

Program Manager SIGAP Tanoto Foundation Irwan Gunawan mengatakan, saat ini, terdapat 29 Rumah Anak SIGAP yang tersebar di 5 provinsi, yaitu Jakarta, Banten, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, dan Riau.

"Tanoto Foundation ingin memastikan setiap anak Indonesia tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai tahapan usianya serta siap bersekolah," ujar Irwan dalam konferensi pers daring via zoom, Kamis (13/11/2024) lalu.

Selain anak-anak usia dini, para orangtua juga menjadi penerima manfaat melalui edukasi tentang pola pengasuhan yang baik. Targetnya adalah meningkatkan kualitas pola asuh anak usia dini.

Menurut Irwan, Tanoto Foundation memfokuskan strategi pada tiga aspek pengembangan dan pendidikan anak usia dini yang holistik dan integratif, yaitu:
1. Penurunan angka stunting.
2. Peningkatan kualitas pengasuhan anak usia dini.
3. Peningkatan akses ke layanan pendidikan anak usia dini yang berkualitas.

Dukung program pemerintah

Berbeda dengan daerah lain, Rumah Anak SIGAP di Bandarharjo, Semarang bekerja sama dengan Rumah Pelita (Penanganan Stunting Lintas Sektor Bagi Baduta), milik Pemerintah Kota Semarang.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Dr. dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp. PD. FINASM mengatakan, daycare Rumah Pelita merupakan layanan yang dapat digunakan secara gratis bagi balita stunting melalui perbaikan pengasuhan dan pemberian tambahan makanan dengan konsep tempat penitipan anak.

Rumah Pelita, ujar Hakam, adalah satu dari sekian banyak strategi Pemkot Semarang menangani stunting,

Menurut Itis, Rumah Anak SIGAP bekerja sama dengan Rumah Pelita. Apabila ada peserta didik yang terindikasi stunting atau gizi kurang baik, penanganannya diserahkan ke Rumah Pelita.

Sebaliknya, edukasi soal pengasuhan anak, yang juga terkait dengan pengurangan angka stunting, dilakukan oleh para fasilitator Rumah Anak SIGAP.

Kerja sama yang baik ini membuat kualitas anak-anak di Bandarharjo, wilayah pesisir yang sering terkena banjir, semakin meningkat. Paling tidak, meski hampir tiap hujan deras kebanjiran, anak-anak Bandarharjo lebih sehat, bahagia, dan berkembang sesuai usianya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau