Rasmussen mengungkapkan kekhawatiran yang lebih besar tentang volume besar flu burung yang saat ini beredar.
CDC melaporkan 65 kasus manusia yang dikonfirmasi pada tahun 2024 dan banyak lainnya mungkin tidak terdeteksi di kalangan pekerja susu dan unggas.
Sirkulasi luas ini, Rasmussen memperingatkan, meningkatkan kemungkinan virus bercampur dengan flu musiman, yang berpotensi memicu "lompatan evolusi cepat," serupa dengan peristiwa yang menyebabkan pandemi flu 1918 dan 2009.
Peneliti juga mengamati dengan cermat kasus infeksi flu burung yang semakin banyak pada kucing.
Baca juga: Kenali Apa Itu Flu Burung, Tanda-tanda, dan Penyebabnya
Seekor kucing di Oregon mati setelah mengonsumsi makanan hewan mentah yang terbukti terkontaminasi H5N1, yang mendorong penarikan produk Northwest Naturals' Feline Turkey Recipe.
"Kucing ini sepenuhnya kucing dalam ruangan; ia tidak terpapar virus di lingkungannya," kata dokter hewan negara bagian Ryan Scholz dalam sebuah pernyataan.
Sequencing genom menunjukkan bahwa virus dalam makanan hewan peliharaan itu persis sama dengan strain yang ditemukan pada kucing.
Di negara bagian Washington, 20 kucing besar di sebuah suaka juga baru-baru ini mati setelah terinfeksi flu burung, menurut Wild Felid Advocacy Center of Washington melalui Facebook.
Rasmussen memperingatkan bahwa kucing luar yang terinfeksi dapat pulang dan menularkan virus kepada manusia melalui kontak dekat.
"Jika Anda memiliki kucing luar yang terinfeksi H5 dari memakan burung mati dan kucing itu kembali ke rumah Anda, lalu Anda membelai atau tidur dengannya, itu menciptakan risiko paparan tambahan," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.