Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Herpes Zoster pada Pasien Komorbid

Kompas.com - 15/01/2025, 13:03 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

"Kondisi ini disebut Herpes Ophthalmicus. Virus melukai saraf mata sehingga bisa menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Meski kasus ini jarang terjadi ketimbang gejala nyeri, komplikasinya bisa sangat serius," jelas dr Dirga.

Pada kasus yang lebih ekstrem, infeksi dapat menjalar ke otak dan menyebabkan gejala mirip stroke.

"Karena menyerang saraf wajah, pasien bisa mengalami kelumpuhan otot wajah sehingga mulutnya mencong. Bahkan, bisa mengalami gangguan pendengaran. Inilah yang membuat cacar api di area wajah memerlukan penanganan lebih serius dan intensif," ucap dr Dirga.

Baca juga: Bahaya Herpes Zoster dan Pentingnya Vaksinasi

Penanganan berbeda

Berbeda dengan pasien cacar api biasa, penanganan pada pasien dengan komorbid membutuhkan perhatian khusus dan pendekatan yang lebih komprehensif.

“Penanganan pasien dengan komorbid membutuhkan pendekatan komprehensif. Selain perlu mengobatinya dengan obat antivirus selama 7-14 hari, dokter juga harus memastikan komorbidnya tetap terkontrol. Kalau ada diabetes, gula darahnya harus dijaga tetap normal. Obat-obat untuk komorbid tetap harus dilanjutkan," ucap dr Dirga.

Selain itu, dalam beberapa kasus, pengobatan pada pasien komorbid bisa memakan waktu lebih lama, yaitu 2-3 minggu atau bahkan berbulan-bulan.

Khusus untuk pasien dengan komorbid yang mengalami cacar api di area wajah, penanganan harus dilakukan dengan lebih intensif.

"Pengobatannya membutuhkan usaha yang besar dan biaya yang tidak sedikit. Sebab, kita harus memulihkan penglihatan, pendengaran, dan melakukan fisioterapi. Sayangnya, kadang masih ada gejala sisa," jelas dr Dirga.

Dokter Dirga menyebutkan bahwa tantangan bisa semakin pelik jika pasien memiliki masalah pada bagian ginjal dan hati.

“Obat antivirusnya itu bisa diminum lima kali sehari. Ini kan belum termasuk obat lain. Makanya, pemberian pereda nyeri pada lansia tidak mudah karena dapat mengganggu fungsi ginjal dan hati. Di satu sisi, mereka juga harus mengonsumsi obat-obat untuk penyakit dasarnya, seperti diabetes atau hipertensi," ujar dr Dirga.

Untuk diketahui, sama seperti penderita cacar api pada umumnya, penderita cacar api dengan komorbid akan mengalami nyeri hebat di sekujur tubuh.

Bahkan, rasa nyeri tersebut bisa berlanjut, meskipun ruam sudah sembuh. Kondisi nyeri ini disebut sebagai Neuralgia Pascaherpes (NPH).

Dikutip dari laman Kemenkes, kasus NPH sering ditemukan pada kelompok usia 45-64 tahun dengan angka mencapai 26,5 persen.

"NPH sangat mengganggu kualitas hidup. Pasien mengalami kesulitan tidur, makan terganggu, dan harus bolak-balik ke dokter karena nyeri yang tak tertahankan. Bayangkan, lansia yang seharusnya menikmati masa tuanya dengan bahagia, justru harus berkutat dengan rasa nyeri sepanjang sisa usianya," ungkap dr Dirga dengan prihatin.

Cegah dengan vaksinasi

Mengingat kompleksitas penanganan dan risiko komplikasi yang serius, dr Dirga pun menyarankan untuk melakukan vaksinasi, terutama bagi yang memiliki komorbid, guna mencegah cacar api.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau