Proses replikasi ini membutuhkan persiapan berbulan-bulan. Dokter pada awalnya akan memberikan terapi hormon, seperti memberikan suplemen estrogen atau progesteron, untuk meniru efek kehamilan.
Sekitar dua bulan sebelum mulai menyusui, dokter mungkin meminta Anda untuk menghentikan terapi hormon dan mulai memompa payudara dengan pompa ASI elektrik standar rumah sakit.
Langkah ini akan mendorong produksi dan pelepasan prolaktin.
Pada tahap awal, mungkin durasi poma ASI dilakukan selama lima menit tiga kali sehari.
Setelah itu, durasinya mungkin meningkat hingga 10 menit setiap empat jam, termasuk setidaknya sekali di malam hari.
Kemudian, ditingkatkan durasinya menjadi 15-20 menit setiap 2-3 jam.
Jika Anda memiliki sedikit waktu untuk mempersiapkan diri, mungkin dokter bisa memberikan alternatif lain.
Baca juga: Dokter: Ibu Menyusui dengan Riwayat TB Boleh Berikan ASI pada Anak
Dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), keberhasilan program induksi laktasi terletak pada hisapan bayi yang dipengaruhi oleh:
Keberhasilan ini akan terjadi, jika bayi segera menyusu saat didekatkan pada payudara.
Pada awalnya, bayi memerlukan bantuan untuk dapat melekat dengan benar pada payudara ibu.
Penolakan pada awal laktasi bukan berarti bayi akan selalu menolak menyusu pda ibu, diperlukan kesabaran ibu untuk menghadapi hal ini.
Akan lebih mudah melakukan induksi laktasi pada bayi baru lahir sampai bayi berusia kurang dari delapan minggu.
Meski begitu, keberhasilan bisa terjadi dengan anak berusia lebih dari 12 bulan.
Induksi laktasi akan sulit dilakukan pada bayi yang sudah mendapat makanan pendamping.
Dianjurkan untuk tidak mengenalkan makanan pendamping sebelum bayi berusia enam bulan, kecuali saat bayi sudah berusia 4-5 bulan tidak mengalami kenaikan berat badan sesuai dengan umur dan jenis kelaminnya.
Selain itu, keinginan ibu untuk mengeratkan hubungan batin dengan anak adopsinya juga menjadi salah satu dasar induksi laktasi.
Baca juga: Tanda Bayi Mendapat Cukup ASI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.