KOMPAS.com- Pada Januari 2025, terjadi 2 insiden keracunan makanan, diduga terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia.
Pada 16 Januari 2025, puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Sukoharjo Jawa Tengah mengalami gejala mual, muntah, dan pusing setelah mengonsumsi menu MBG.
Sebelumnya, pada 13 Januari 2025, puluhan murid dan beberapa guru dari SDN 03 Nunukan Selatan mengalami diare setelah menyantap menu MBG.
Kepala Sekolah, Hairuddin, menduga bahwa lauk ayam kecap yang disajikan mungkin sudah basi, terutama karena ada kemungkinan menu pagi yang tidak habis dibagikan kembali pada siang hari.
Baca juga: BPOM Hentikan Peredaran Produk Latiao setelah Temuan Keracunan Makanan
Dilansir Healthline, keracunan makanan disebabkan oleh toksin atau mikroorganisme dalam makanan atau minuman. Gejalanya dapat meliputi muntah, diare, demam, dan lainnya.
Tak hanya di Indonesia, sekitar 9,4 juta warga Amerika Serikat mengalami keracunan makanan setiap tahun.
Penyebabnya bisa berasal dari makanan yang terkontaminasi bakteri atau makanan yang mengandung toksin berbahaya, seperti beberapa jenis jamur tertentu.
Gejala dan tingkat keparahannya bervariasi, dan gejala bisa muncul dalam hitungan jam hingga hari setelah mengonsumsi makanan yang tercemar. Hal ini membuat sulit untuk mengidentifikasi makanan penyebabnya.
Makanan berisiko tinggi termasuk daging/ayam setengah matang, telur, produk susu yang tidak dipasteurisasi, makanan laut, dan buah/sayur yang tidak dicuci.
Baca juga: Ketahui Cara Mengatasi dan Mencegah Keracunan Makanan
Apa saja gelaja keracunan makanan yang patut diwaspadai? Berikut ulasannya:
Nyeri perut akibat keracunan makanan terasa di sekitar batang tubuh. Toksin berbahaya mengiritasi lapisan lambung, menyebabkan kram yang diperburuk oleh kerja otot perut untuk mengeluarkan organisme penyebabnya.
Namun, nyeri perut dan kram juga bisa disebabkan oleh kondisi lain, sehingga gejala ini saja mungkin tidak cukup untuk menunjukkan adanya keracunan makanan.
Tidak semua kasus keracunan makanan menyebabkan nyeri perut atau kram.
Diare adalah tinja encer yang terjadi 3 kali atau lebih dalam 24 jam dan sering disebabkan oleh keracunan makanan. Biasanya disertai perasaan mendesak ke toilet serta perut kembung atau kram.
Diare terjadi karena peradangan membuat usus kurang efektif dalam menyerap kembali air dan cairan lainnya yang dikeluarkan selama pencernaan.
Kondisi ini meningkatkan risiko dehidrasi. Pastikan untuk minum cairan seperti air atau kaldu, dan perhatikan bahwa warna urin harus kuning pucat hingga bening.
Sakit kepala sangat umum terjadi. Penyebabnya termasuk stres, alkohol, dehidrasi, dan kelelahan.
Keracunan makanan juga dapat menyebabkan sakit kepala karena dapat menyebabkan kelelahan dan dehidrasi. Muntah dan diare meningkatkan risiko sakit kepala akibat dehidrasi.
Muntah adalah respons alami tubuh terhadap keracunan makanan. Tubuh mencoba mengeluarkan organisme atau toksin berbahaya.
Beberapa orang mengalami muntah hebat yang cepat mereda, sementara lainnya muntah secara berkala selama beberapa hari.
Keracunan makanan sering menyebabkan kehilangan nafsu makan dan kelelahan saat sistem kekebalan tubuh merespons infeksi.
Tubuh melepaskan zat kimia yang disebut sitokin, yang memiliki banyak peran, termasuk mengatur respons kekebalan tubuh dan memicu gejala penyakit umum.
Kondisi ini sering disebut “perilaku sakit,” di mana seseorang menarik diri dari interaksi sosial, beristirahat, dan berhenti makan. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh mengalihkan perhatian dari proses lain, seperti pencernaan, untuk memprioritaskan melawan infeksi.
Demam terjadi ketika suhu tubuh naik di atas 36–37°C. Ini adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi.
Zat penghasil demam yang disebut pirogen dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh atau bakteri penyebab infeksi. Zat ini memicu kenaikan suhu dengan membuat otak mengira tubuh lebih dingin dari kenyataannya, sehingga tubuh mencoba meningkatkan suhu.
Menggigil terjadi saat tubuh gemetar untuk meningkatkan suhu. Gerakan ini dihasilkan dari kontraksi dan relaksasi otot yang cepat, yang menghasilkan panas.
Menggigil sering terjadi bersamaan dengan demam karena pirogen membuat tubuh merasa dingin dan membutuhkan pemanasan.
Kelemahan atau kelelahan adalah gejala umum keracunan makanan, sebagian karena pelepasan sitokin.
Gejala ini menunjukkan bahwa tubuh meminta untuk beristirahat dan memulihkan diri.
Mual adalah perasaan seperti akan muntah. Hal ini dapat disebabkan oleh keracunan makanan, migrain, atau mabuk perjalanan.
Dalam kasus infeksi, mual adalah sinyal peringatan bahwa seseorang telah mengonsumsi sesuatu yang berbahaya.
Saat terjadi infeksi seperti keracunan makanan, tubuh dapat mengalami nyeri otot. Ini terjadi karena tubuh melepaskan histamin untuk melebarkan pembuluh darah dan memungkinkan sel darah putih melawan infeksi.
Sitokin dan zat lain dalam respons kekebalan tubuh juga dapat memicu reseptor nyeri, menyebabkan nyeri di berbagai bagian tubuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.