KOMPAS.com - Pandemi COVID-19 telah menjadi pelajaran berharga tentang betapa rentannya dunia terhadap penyakit pernapasan yang menyebar dengan cepat. Vaksinasi bisa menjadi kunci pencegahan.
Penyakit infeksi pernapasan yang paling sering ditemui di antara kunjungan rumah sakit yaitu influenza, rhinovirus, human metapneumovirus, dan pneumonia mikoplasma. Dunia juga mewaspadai sindrom pernapasan akut berat (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Pada awal tahun 2025 dunia kembali mewaspadai meluasnya infeksi pernapasan, yaitu wabah HMPV (Human Metapneumovirus) yang menyebar dengan cepat dan wabah pneumonia di Jepang.
Temuan yang dipresentasikan pada European Respiratory Society International Congress di Milan, Italia, menunjukkan, anak kecil di perkotaan lebih banyak menderita infeksi saluran pernapasan dibandingkan anak di perdesaan.
Sejumlah faktor, seperti tinggal di rumah yang lembab, dekat jalur lalu lintas, dan mendatangi tempat penitipan anak, meningkatkan risiko infeksi pada anak.
Baca juga: Takut Berlebihan pada Virus HMPV Cerminkan Dampak Pandemi
Vaksinasi kini semakin diakui sebagai pencegahan utama dalam mengurangi angka infeksi, tingkat keparahan penyakit, serta kematian akibat penyakit pernapasan seperti COVID-19, influenza, dan pneumonia.
Oleh karena itu, investasi dalam penelitian vaksin, peningkatan cakupan imunisasi global, serta edukasi masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi ancaman penyakit pernapasan di masa depan.
Pfizer Cluster Lead for Malaysia, Indonesia, Singapore, and the Philippines, Deborah Seifert, mengatakan, sebagai perusahaan farmasi dan vaksin, Pfizer secara global terus menginvestasikan sumber daya dan keahlian dalam mengungkap inovasi vaksin berikutnya.
Baca juga: HMPV: Ancaman Baru atau Bagian dari Siklus Virus Pernapasan?
"Kami menyadari meningkatnya kekhawatiran saat ini mengenai infeksi pernapasan. Sementara Pfizer secara global terus menginvestasikan sumber daya dan keahlian dalam mengungkap inovasi vaksin berikutnya untuk berpotensi membantu orang-orang dari segala usia untuk melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin," katanya dalam wawancara tertulis dengan Kompas.com.
Teknologi MRNA dari Pfizer yang dipakai dalam vaksin Covid-19 telah merevolusi perkembangan vaksin. Deborah mengatakan, para ilmuwan di Pfizer terus mengembangkan potensi teknologi ini.
"Kami tengah menjajaki potensi teknologi mRNA untuk digunakan dalam suntikan flu, yang mungkin dapat diproduksi lebih cepat daripada vaksin flu tradisional," ujarnya.
Teknologi MRNA menurutnya berpotensi menghasilkan vaksin flu yang lebih sesuai dengan jenis virus dominan musim ini.
"Kami sedang mengembangkan vaksin flu mRNA yang dapat diproduksi lebih cepat dan efektif melawan strain virus dominan pada musim tersebut. Ini menjadi prioritas utama bagi kami dalam mengembangkan vaksin pernapasan musiman yang luas," kata Deborah.
Selain mendapatkan vaksinasi, menurut dia, penting untuk mengetahui risiko penyakit yang dihadapi sehingga bisa melakukan modifikasi gaya hidup lebih sehat.
Baca juga: Pakar: Bukan Kasus HMPV yang Naik Banyak, tapi Virus Pernapasan Lain
Walau vaksin bisa menjadi senjata yang ampuh menghadapi krisis kesehatan, terutama akibat infeksi pernapasan, isu kesenjangan vaksin di dunia masih membayangi.