Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Diminta Peka, Ini Tanda Anak Mungkin Alami Autisme

Kompas.com - 14/04/2025, 06:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com – Anak tampak asyik bermain sendiri, tak merespons saat dipanggil, atau terlalu fokus pada satu benda bisa menjadi tanda awal autisme.

Dokter spesialis anak menegaskan pentingnya deteksi dini agar anak mendapatkan penanganan yang sesuai.

Hal ini disampaikan dr. Citra Raditha, Sp.A(K), Subspesialis Neurologi Anak dari RSAB Harapan Kita, dalam siaran langsung Instagram Kementerian Kesehatan RI bertajuk "Peka Sejak Dini, Kenali Autisme pada Anak!", Jumat (11/4/2025), memperingati Hari Kesadaran Autisme Sedunia.

Baca juga: IDAI: Imunisasi Sebagai Perlindungan Jiwa Anak dalam Islam

“Kalau usia satu tahun belum bisa menunjuk atau tidak menoleh saat dipanggil, itu sudah jadi alarm awal,” ujar dr. Citra.

Autisme atau gangguan spektrum autisme, menurutnya, bukan hanya soal anak yang tidak bisa bicara.

Gejalanya sangat bervariasi, mulai dari masalah interaksi, komunikasi dua arah, hingga perilaku atau minat yang terbatas dan berulang-ulang.

“Sekarang kita tahu bahwa autisme punya spektrum. Ada yang ringan, sedang, hingga berat, dan bisa saja luput dikenali jika gejalanya ringan,” katanya.

Baca juga: Panduan Mudik Lebaran Aman untuk Anak: Kiat Kesehatan dari IDAI


Diagnosis tidak instan, terapi harus bertahap

Autisme biasanya mulai terdeteksi pada usia 18 bulan, meski gejala bisa muncul lebih awal.

Orangtua diminta aktif mencermati milestone perkembangan anak dan tidak ragu berkonsultasi ke dokter.

“Cek buku KIA, jangan hanya jadi pajangan. Di situ kita bisa tahu apakah anak berkembang sesuai usianya atau tidak,” kata dr. Citra.

Proses diagnosis melibatkan observasi berulang oleh tim multidisiplin seperti dokter anak, psikolog, hingga terapis okupasi. Diagnosis tidak cukup dari satu gejala saja.

“Bisa jadi anak tampak normal secara fisik, motoriknya baik, tapi kurang responsif secara sosial. Di situ kita harus jeli,” ujarnya.

Sementara itu, terapi pada anak autis tidak bisa langsung dimulai dengan terapi wicara.

Menurut dr. Citra, fondasi utama adalah terapi integrasi sensorik agar anak mampu fokus.

“Kalau belum bisa duduk diam atau mengikuti instruksi, terapi wicara tidak akan efektif. Harus ada tahapan,” tegasnya.

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau