Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Jujur pada Dokter, Demi Mendapat Diagnosis Tepat

Kompas.com - 20/12/2016, 19:11 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

Sumber Yahoo News

KOMPAS.com - Memberikan informasi lengkap dan akurat tentang kesehatan maupun pilihan gaya hidup kepada dokter nyatanya sangat diperlukan demi mendiagnosis penyakit secara akurat.

Sayangnya, menurut sebuah survei yang dilakukan oleh lembaha surveu NetQuote yang melibatkan lebih dari 2.058 orang menemukan, sebagian besar orang lebih memilih untuk menutupi informasi kepada dokter mereka.

Peneliti menemukan, hanya 28 persen orang berusia 18-24 dan 29 persen orang berusia 25-34 yang berkata jujur kepada dokter selama melakukan pengobatan.

Sedangkan orang berusia 35-44 tahun hanya 31 persen yang berkata jujur, orang berusia 45-54 tahun hanya 37 persen yang berkata jujur, begitu pula dengan orang yang lebih tua.

Responden wanita dinilai kurang mungkin untuk berkata jujur dibandingkan pria. Alasannya, wanita mengaku lebih takut dihakimi bila membeberkan kebenaran tentang kesehatan tubuh maupun kehidupan seksual. Juga kurang mungkin untuk mengatakan kebenaran tentang pilihan makan dan kebiasaan olahraga.

Di sisi lain, kebanyakan orang juga tidak jujur dengan obat maupun suplemen yang dikonsumsi. Padahal, berbohong tentang obat atau suplemen bisa sangat berisiko, karena obat bisa berinteraksi dengan obat tertentu dan menyebabkan masalah kesehatan yang lebih buruk.

Idealnya, menurut peneliti, Anda harus merasa nyaman menceritakan semua rahasia kepada dokter walau bagi Anda itu sangat memalukan. Terlebih, bila Anda kerap mengalami penyakit yang sama dalam jangka waktu dekat atau mengalami penyakit yang serius.

Seperti kisah seorang pria yang mengalami penurunan penglihatan. Setelah pergi ke banyak dokter mata, penyakitnya tak kunjung sembuh.

Ia pun lantas bergegas ke dokter penyakit dalam, didiagnosa mengalami autoimun dan mendapat pengobatan, namun tak juga sembuh. Hingga akhirnya ia mengaku kerap melakukan hubungan dengan sesama lelaki dan ditemukanlah penyakit sifilis di mata setelah sang dokter memintanya melakukan tes HIV dan sifilis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau