KOMPAS.com - Pengelolaan dan pengendalian penyakit kronis seperti diabetes sangat penting, karena ada komplikasi yang berbahaya, dan juga beban ekonomi yang besar bila penyakit ini tidak terkontrol.
Peran dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam membantu pasien diabetes mengendalikan gula darahnya sangat penting karena ini adalah penyakit menahun.
"Dalam penyakit diabetes melitus, yang menjadi dokter sebenarnya adalah pasien itu sendiri. Pasien lah yang menentukan kapan ia harus berobat, kapan harus cek gula darah, atau bagaimana mengatur pola makan. Oleh karena itu pasien diabetes perlu teman untuk mengelola penyakitnya, yaitu dokter," kata Dr.Pradana, Sp.KD-KEMD, dalam acara diskusi di Jakarta, Jumat (14/10/2016).
Intervensi dini yang dilakukan dokter sebelum munculnya komplikasi sangat penting. Tidak cuma mengandalkan obat, pasien juga harus diedukasi pentingnya melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat.
"Dengan diet dan olahraga saja sudah banyak manfaatnya untuk turunkan gula darah," kata Guru Besar Endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang bisa memicu kerusakan pembuluh darah dan organ-organ tubuh. Karena itu pasien didorong untuk mengelola penyakitnya agar mencapai target gula darah sesuai standar dokter.
"Sebenarnya kalau nilai HbA1C pasien-pasiennya mencapai target, itu artinya dokternya berhasil menangani diabetes," imbuhnya.
Pemeriksaan HbA1C dilakukan untuk mengukur kadar gula darah rata-rata selama 2-3 bulan ke belakang. Nilai ideal yang dianjurkan adalah kurang dari 7 persen.
Pradana menjelaskan, kontrol gula darah pada pasien diabetes bersifat individual dan tidak dapat dipukul rata. "Kalau untuk pasien yng sudah lansia, targetnya boleh lebih longgar. Berbeda halnya dengan pasien yang muda-muda, yang baru terdiagnosis, atau harapan hidupnya tinggi, maka harus lebih ketat targetnya," paparnya.
Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) telah membuat pedoman penanganan dan pencegahan penyakit diabetes. Pedoman tersebut menurut Pradana, merupakan petunjuk bagi para dokter untuk melakukan tugasnya.
"Yang penting adalah pedoman itu dilaksanakan oleh para dokter," kata Pradana.
Ia menambahkan, cara dokter bekerja bergantung pada pengetahuan dan pengalamannya. Dalam hal pengelolaan diabetes, dokter perlu diyakinkan untuk menjalankan pedoman yang sudah diberikan.
Salah satu upaya yang dilakukan Perkeni bekerja sama dengan swasta adalah Partnership for Diabetes Control in Indonesia (PDCI) untuk mengedukasi para dokter umum dan dokter penyakit dalam.
"PDCI memberi keyakinan bahwa kalau pengelolaan diabetes dilakukan dengan lebih baik, lalu mencapai target kadar gula darah HbA1C, maka komplikasi penyakit bisa ditekan. Pasien cuci darah, stroke, atau jantung, juga akan menurun," ujarnya.
Pedoman yang ada, lanjut Pradana, selama ini belum dikerjakan karena belum ada pengalaman dari dokter dan juga belum dikondisikan. "Kalau sekarang sudah diwajibkan karena hasilnya dipantau oleh BPJS melalui program pengelolaan penyakit kronis atau Prolanis," katanya.
Tolak ukur keberhasilan PDCI itu antara lain adanya perubahan sikap dokter dalam melaksanakan pedoman pengelolaan diabetes. Misalnya saja memeriksa kaki pasien setiap kontrol, memeriksa mata, atau menyarankan pasiennya melakukan check up setahun sekali.