Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, 3 Golongan Ini Rentan Bahaya Abu Merapi

Kompas.com - 05/11/2010, 13:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Letusan gunung berapi akan menyebabkan terlontarnya berbagai polutan yang terdiri dari debu, gas, atau pasir. Apabila zat-zat polutan sampai memasuki paru dan tinggal di sana, mereka bisa menimbulkan berbagai penyakit, mulai dari yang ringan seperti batuk, hingga yang berat, seperti sesak napas atau pneumonia (radang paru). Siapa saja yang paling rawan pada gangguan ini?

Menurut penjelasan dr. Mukhtar Ihsan Sp.P, spesialis penyakit paru dari RS Persahabatan Jakarta, ada tiga kelompok orang yang paling rentan terkena gangguan pernapasan akibat polutan dari letusan gunung berapi. Mereka adalah kelompok bayi dan anak balita, orang lanjut usia, serta orang yang sudah menderita penyakit kronis, seperti asma, diabetes, atau penyakit paru obstruktif.

"Pada anak-anak dan lansia, biasanya sistem pertahanan tubuhnya lebih rendah sehingga gampang terkena penyakit," kata dr. Mukhtar. Sementara itu, orang yang sudah menderita penyakit biasanya polutan dari letusan gunung akan menyebabkan kekambuhan penyakitnya.

Menurut Tri Yunis, ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia (Kompas, 29/10/10), gas-gas berbahaya yang berasal dari letusan gunung berapi juga bisa menyebabkan gejala mual, muntah, dan pusing.

Terlalu banyak mengisap karbon dioksida menyebabkan seseorang kekurangan oksigen dan berujung kematian. Demikian juga gas karbon monoksida yang bisa menyebabkan keracunan pada sistem saraf dan jantung.

"Pernapasan yang sehat memang mampu menyaring materi debu. Namun, terlalu lama terpapar menimbulkan dampak kronis ke saluran pernapasan dan penyakit seperti pneumonia," ujar Tri Yunis.

Tingkat keparahan penyakit, menurut dr. Mukhtar, sangat bergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang serta ada tidaknya riwayat penyakit yang diderita. "Makin cepat diobati gejalanya, makin bisa dicegah perburukan penyakitnya. Karena itu segera menghubungi dokter jika sudah muncul gangguan pernapasan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com