Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin DPT, Pencegah Batuk Rejan

Kompas.com - 13/04/2010, 10:51 WIB

Kompas.com - Sejak vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus) menjadi program wajib bagi bayi dan balita, penyakit batuk rejan sudah tidak terlalu dikenal. Padahal, penyakit yang sudah dikenal sejak berabad lalu ini sangat menular, bahkan bisa menimbulkan kematian bagi bayi.

Batuk rejan atau pertusis memiliki gejala batuk bertubi-tubi diakhiri suara lengkingan yang membuat penderita sulit bernapas. Penularan terjadi lewat percikan cairan saat penderita batuk atau bersin.

Gejala awal batuk rejan seperti batuk pilek biasa disertai demam ringan. Setelah 10-12 hari meningkat menjadi serangan batuk terus menerus tanpa sempat menarik napas sehingga wajah si anak menjadi merah kebiruan.

Risiko kematian lebih besar pada bayi berusia kurang dari satu tahun, karenanya bayi yang menderita batuk rejan disarankan untuk mendapat perawatan di rumah sakit. Demikian pula bagi penderita yang menunjukkan gejala cukup parah, misalnya henti napas, kejang, muntah, serta dehidrasi.

Pertusis sudah dikenal sejak abad-18 namun hingga awal abad ke-20 belum diketahui apa penyebab penyakit ini. Baru di tahun 1913 diketahui bakteri Bordetella pertussis sebagai penyebabnya. Bakteri ini mengganggu sistem
pernapasan, yaitu hidung, tenggorokan, trakhea, dan paru.

Pada tahun 1941 ditemukan vaksin pertusis, baik diberikan sendiri atau kombinasi dengan vaksin difteri. Kendati demikian, jumlah penderita batuk rejan tetap tinggi.

Sejak tahun 1991 dikembangkan vaksin DPT generasi kedua yang lebih aman dan efektif diperkenalkan, angka kejadian batuk rejan terus berkurang dan angka kematian bisa ditekan.

Pemberian vaksinasi pertusis yang terdiri dari kuman Bordetella pertusisi yang telah dimatikan akan membuat bayi kebal tapi tidak seumur hidup. Mereka yang diimunisasi bisa saja tertular batuk rejan, tapi gejalanya jauh lebih ringan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com