Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nobel Kedokteran buat Pelopor Bayi Tabung

Kompas.com - 04/10/2010, 21:59 WIB

STOCKHOLM, KOMPAS.com — Robert Edward, ilmuwan Inggris, akhirnya terpilih menjadi peraih hadiah Nobel Kedokteran 2010 atas jasanya memperkenalkan teknik in vitro fertilization (IVF) alias bayi tabung. Meski temuannya dianggap kontroversial dan mendapat banyak tentangan dari para pemuka agama, program bayi tabung dalam tiga dekade terakhir telah membantu jutaan manusia yang tidak subur untuk mendapat keturunan.

"Pencapaiannya mengatasi masalah ketidaksuburan adalah suatu kondisi medis yang dialami banyak orang, termasuk lebih dari 10 persen suami-istri di seluruh dunia," demikian alasan komite Nobel di Stockholm, Senin (4/10/2010). "Sekitar 4 juta orang lahir dengan bantuan IVF. Hari ini, visi Robert Edwards telah menjadi kenyataan dan membawa kabar gembira bagi orang-orang yang tidak subur di seluruh dunia."

Edwards, profesor emeritus dari Universitas Cambridge, Inggris, yang kini telah berusia 85 tahun, melakukan riset IVF mulai tahun 1950-an bersama ahli bedah kandungan, Patrick Steptoe, yang telah meninggal dunia tahun 1988. Sayang, komite Nobel tidak memberikan penghargaan kepada orang yang telah meninggal sehingga Steptoe tak disebut sebagai penerima penghargaan. Mereka mengembangkan teknik pemanenan sel telur dari indung telur perempuan dan membuahinya dengan sel sperma di laboratorium. Sel yang dibuahi kemudian ditanam kembali ke dalam rahim.

Bayi pertama hasil pembuahan dengan teknik IVF itu berjenis kelamin perempuan dan lahir pada 25 Juli 1978. Bayi tersebut diberi nama Louise Brown. Ia tumbuh normal dan kini bekerja sebagai pegawai pos di Bristol, Inggris, serta telah melahirkan seorang anak laki-laki secara normal/spontan pada tahun 2007.

Setelah melakukan serangkaian penelitian, Steptoe dan Edwards kemudian mendirikan Klinik IVF pertama di Bourne Hall, Cambridge, pada tahun 1980 dan mulai membuka praktik tersebut untuk umum. Meski mendapat tentangan dari banyak pihak yang tidak setuju dengan tabung bayi tabung karena dianggap mengabaikan kesakralan hubungan sebadan dalam perkawinan, kedua ilmuwan tersebut tak gentar untuk menyebarluaskan keahliannya bagi masyarakat yang membutuhkan. Berkat ketekunan para ilmuwan tersebut, teknik bayi tabung semakin baik sehingga memiliki tingkat keberhasilan 1 : 5 atau tak beda dengan peluang kehamilan dengan hubungan badan secara alami.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau