Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

20 Desa Terapkan Bank Sampah

Kompas.com - 07/10/2010, 14:40 WIB

Bantul, Kompas - Kesuksesan Bank Sampah Gemah Ripah di Dusun Bandegan mengelola sampah menginspirasi daerah lain. Kini operasionalisasi bank sampah telah ditiru dan diterapkan di 20 desa di Bantul. Pengelolaan sampah dengan bank sampah efektif menggerakan upaya swadaya masyarakat mengelola sampah secara mandiri sejak dari rumah, tempat sampah diproduksi.

"Banyak desa yang ingin meniru Bandegan. Selama ini mereka hanya menumpuk sampah begitu saja tanpa pengelolaan. Kesuksesan Bandegan menjadi inspirasi mereka. Kini Bank Sampah Gemah Ripah akan dikembangkan juga oleh beberapa provinsi yang sudah melakukan studi banding ke sini," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Bantul Susanto, Rabu (6/10).

Menurut Susanto, bank sampah seharusnya bisa diterapkan di seluruh desa di Bantul yang berjumlah 75 desa. Sistem bank sampah tidak hanya menyelesaikan persoalan sampah, tetapi juga memberikan tambahan penghasilan bagi warga sebagai produsen sampah.

Motor bantuan

Tahun depan, Pemerintah Kabupaten Bantul berencana memberikan bantuan stimulan berupa motor sampah beroda tiga. Motor tersebut bisa dimanfaatkan sebagai gerobak sampah sehingga memudahkan proses pengangkutan. "Selama ini, sebenarnya sudah ada bantuan, tetapi baru tong sampah untuk memilah-milah jenis sampah," ujarnya.

Susanto menambahkan, sebagian besar dusun yang telah meniru bank sampah lolos sebagai peserta lomba Yogya Green and Clean mewakili Bantul di tingkat provinsi. Beberapa di antaranya Dusun Serut, Terong, dan Singosaren I.

Direktur Bank Sampah Panut Siswanto mengatakan, bank sampah masyarakat Bandegan didirikan masyarakat tahun 2008. Awalnya, nasabah hanya sebatas warga di Dusun Bandegan, tetapi kini sudah berkembang hingga warga di luar desa.

Setiap nasabah datang dengan tiga kantong sampah berbe- da. Kantong I berisi sampah plastik, kantong II sampah kertas, dan kantong III berupa kaleng dan botol. Untuk setiap sampah yang ditimbang, nasabah akan mendapatkan bukti setoran dari petugas yang mencatat. Bukti setoran itu menjadi dasar penghitungan nilai rupiah sampah yang kemudian dicatat dalam buku tabungan. Untuk membedakan, warna buku tabungan tiap RT dibuat berbeda.

Setelah sampah yang terkumpul banyak, petugas bank akan menghubungi pembeli dan pengepul barang bekas. Pengepul dan pembeli barang bekas yang memberikan nilai ekonomi tiap kantong sampah milik nasabah.

Tidak semua sampah disetorkan ke pembeli dan pengepul. Sebagian di antaranya seperti plastik kemasan dan gabus diolah sendiri oleh bank sampah. Plastik-plastik itu diolah untuk membuat aneka aksesori rumah tangga seperti tas, dompet, hingga rompi.

Sampah jenis gabus biasanya dibuat menjadi pot bunga, tempat dudukan bendera atau perlengkapan rumah tangga. Gabus-gabus itu dicampur dengan pasir dan semen. (ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com