Banyak perubahan yang saya alami,” kata Ajat, Jumat (13/4), pada konferensi media ”Monoterapi Tocilizumab: Transformasi Nyata bagi Pasien Artritis Reumatoid” di Jakarta.
Ajat (44) dari Sumedang, Jawa Barat, berprofesi sebagai perawat. Ia merupakan satu dari 39 pasien artritis reumatoid di Indonesia yang berpartisipasi untuk uji klinis tocilizumab dalam program ”Picture Ina” di Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin Bandung.
Tocilizumab adalah penghambat reseptor interleukin-6. Obat ini berbahan baku protein, bukan bahan kimia obat, sehingga disebut obat biologi. Obat diberikan lewat infus empat minggu sekali sebanyak enam ulangan.
Uji klinis tocilizumab dilangsungkan pada periode Februari 2011 hingga Januari 2012 di lima pusat studi meliputi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, RS dr Sardjito Yogyakarta, RS dr Soetomo Subaraya, dan RS Syaiful Anwar Malang.
Ketua Asosiasi Reumatologi Indonesia Handono Kalim mengatakan, artritis reumatoid tidak bisa pulih sepenuhnya. Pengobatan hanya mengurangi dampak penyakit (remisi). Hasil analisis uji klinis terhadap 39 pasien, tingkat remisi dari total 28 persendian tubuh yang diperiksa mencapai 85 persen. Tingkat remisi dari total persendian dikenal sebagai diseases activity score-28 (DAS-28).
”Hasil uji klinis ini memberikan harapan baru bagi penderita artritis,” kata Handono.
Penyebab artritis reumatoid belum diketahui secara pasti. Gejala awal penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri dan terjadi proses kerusakan sendi. Dalam dua tahun pertama, ditengarai 70 persen penderita artritis reumatoid mengalami kerusakan tulang sendi.